Kelompok Rahasia Jepang yang Mengusung Aliran Aneh dan Kontroversial
Anehdidunia.com-Jepang merupakan negara dengan keyakinan tradisional yang beragam. Oleh sebab itulah, kelompok-kelompok yang mengusung aneka macam aliran dan keyakinan bisa tumbuh subur di negara tersebut.
Dalam perkembangannya, banyak dari kelompok tersebut yang kemudian menumbuhkan cara pandang yang terkesan menyimpang sebagai akibat dari kemajuan teknologi dan prinsip keyakinan mereka yang dari awal memang tidak biasa. Berikut ini adalah 5 contoh kelompok rahasia paling aneh yang pernah atau masih aktif di Jepang.
Yayasan Yamagishi
Yayasan Yamagishi via lowinpact.org |
Miyozo Yamagishi adalah seorang pria yang sehari-harinya bekerja sebagai peternak ayam. Semasa hidupnya, ia menyaksikan sendiri bagaimana Jepang yang awalnya berada dalam kondisi porak poranda secara perlahan berhasil memulihkan diri dan bahkan mengalami industrialisasi pesat.
Periode industrialisasi tersebut turut diikuti dengan munculnya golongan yang kesulitan beradaptasi dengan industrialisasi tersebut (misalnya masyarakat pedesaan) dan akhirnya menjadi golongan yang terpinggirkan.
Situasi tersebut lantas menarik perhatian Yamagishi. Untuk menampung orang-orang yang terpinggirkan tersebut, Yamagishi pun mendirikan organisasi bernama Yayasan Yamagishi pada tahun 1952.
Lama kelamaan, semakin banyak orang yang bergabung dengan yayasan tersebut sehingga Yayasan Yamagishi kini memiliki anggota yang jumlahnya mencapai ribuan orang. Selain beranggotakan orang-orang Jepang, Yayasan Yamagishi juga memiliki anggota yang berasal dari luar negeri.
Para anggota Yayasan Yamagishi hidup dalam komunitas bersama yang menjalani kehidupan tradisional secara bergotong royong. Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, para anggota Yayasan Yamagishi hidup dari berjualan hasil bumi dan peternakan.
Sepintas tidak ada yang aneh dari Yayasan Yamagashi. Tapi tunggu dulu. Menurut kesaksian bekas anggotanya, mereka yang ingin diterima menjadi anggota tetap Yayasan Yamagashi harus menyumbangkan semua harta bendanya.
Yayasan Yamagashi juga mengharuskan anak-anak yang usianya 5 tahun ke atas untuk hidup terpisah dari orang tuanya. Anak-anak tersebut kemudian dimasukkan ke dalam kelompok khusus yang semua anggotanya juga masih berusia anak-anak. Mereka kemudian dididik supaya bisa hidup mandiri sejak dini.
Laboratorium Pana-Wave
Laboratorium Pana-Wave via shutterstock.com |
Banyak orang yang terobsesi akan hari kiamat. Mereka berharap jika mereka tahu kapan dan bagaimana hari kiamat terjadi, mereka bisa mempersiapkan diri untuk menyambut datangnya momen penentuan tersebut.
Hal itulah yang menginspirasi Yuko Chino untuk mendirikan organisasi bernama Laboratorium Pana-Wave pada tahun 1977. Menurut keyakinan Chino dan para pengikutnya, semua bencana yang ada di Bumi disebabkan oleh gelombang elektromagnetik Bumi.
Mereka juga meyakini akan datangnya planet kesepuluh dalam Tata Surya. Saat planet tersebut sudah muncul, medan magnet Bumi akan mengalami kekacauan dan terjadilah kiamat.
Jika itu masih belum cukup aneh, Chino juga meyakini kalau Uni Soviet memanfaatkan medan magnet untuk melemahkan penduduk Jepang. Dengan merujuk pada keyakinan itulah, para anggota Lab Pana-Wave memakai pakaian khusus yang diyakini bakal melindungi pemakainya dari serangan gelombang elektromagnet.
Lab Pana-Wave mulai menyita perhatian masyarakat umum ketika pada bulan Maret 2003, kelompok ini mencoba menculik seekor anjing laut di Tokyo. Menurut mereka, jika anjing laut tersebut tidak dikembalikan ke habitat asalnya, bencana kiamat akan terjadi.
Sekitar 2 bulan kemudian, para anggota Lab Pana-Wave beramai-ramai pergi menuju ke sebuah desa terpencil karena mereka meyakini kiamat akan segera tiba. Saat kiamat yang mereka klaim ternyata tidak terjadi, sepak terjang kelompok ini tidak pernah terdengar lagi.
Front Bersenjata Anti Jepang
Front Bersenjata Anti Jepang via kyodonews.net |
Jepang dikenal sebagai negara dengan tingkat kriminalitas yang rendah. Namun hal tersebut tidak lantas membuat Jepang benar-benar aman dari serangan teror. Pada tahun 1970-an, Jepang pernah diteror oleh kelompok yang menyebut dirinya dengan nama Front Bersenjata Anti Jepang.
Kendati mengusung nama Anti Jepang, kelompok ini justru beranggotakan orang-orang Jepang. Front Bersenjata Anti Jepang menganut ideologi kiri dan menganggap kalau Jepang bertanggung jawab atas kerusakan yang ditimbulkan ke negara-negara tetangganya di masa lampau.
Front Bersenjata Anti Jepang juga meyakini kalau suku mayoritas Jepang yang sekarang (Yamato) sudah melakukan diskriminasi kepada suku-suku minoritas seperti Ainu, Korea, dan lain sebagainya.
Atas dasar itulah, kelompok ini melakukan aksi-aksi pemboman ke tempat-tempat yang mereka yakini sudah memperbudak suku minoritas. Salah satu serangan mereka yang paling terkenal adalah ketika mereka meledakkan bom di markas pusat perusahaan Mitsubishi. Akibat serangan tersebut, sebanyak 8 orang dikabarkan menjadi korban tewas.
Polisi Jepang jelas tidak tinggal diam saat melihat serangan demi serangan yang dilancarkan oleh Front Bersenjata Anti Jepang. Mereka membubarkan kelompok tersebut secara paksa dan berhasil menangkap sejumlah petingginya.
Salah satu petinggi Front Bersenjata Anti Jepang yang berhasil ditangkap oleh polisi adalah Masashi Daidoji. Sebagai hukuman atas keterlibatannya dalam pemboman Mitsubishi, Daidoji dijatuhi hukuman mati.
Aum Shinrikyo
Aum Shinrikyo via minews.id |
Jika bicara soal peristiwa serangan teror yang pernah terjadi di Jepang pada era modern, maka Aum Shinrikyo bakal menjadi nama yang kerap disebut. Aum Shinrikyo adalah kelompok keagamaan yang dibentuk dan dipimpin oleh Shoko Asahara.
Aum Shinrikyo pertama kali terbentuk pada tahun 1980-an dengan mengkombinasikan ajaran dari berbagai macam agama. Kelompok ini mendapatkan pemasukan dengan cara menarik iuran dari anggotanya. Pada puncaknya, Aum Shinrikyo dikabarkan memiliki anggota berjumlah puluhan ribu.
Golongan yang direkrut oleh Aum Shinrikyo untuk menjadi anggota baru biasanya adalah kalangan mahasiswa. Pasalnya kalangan mahasiswa memiliki kondisi mental yang rentan akibat tingginya tekanan di kampus dan dunia kerja kelak. Aum Shinrikyo lantas memposisikan diri mereka sebagai kelompok yang bisa menawarkan ketenangan batin.
Aum Shinrikyo meyakini bahwa kelak Perang Dunia Ketiga bakal meletus. Supaya mereka selamat saat perang benar-benar meletus, Aum Shinrkyo menyimpulkan bahwa mereka harus memulai serangan terlebih dahulu.
Atas dasar itulah, sejumlah anggota Aum Shinrikyo kemudian melakukan serangan gas beracun di kereta penumpang Tokyo pada tanggal 20 Maret 1955. Akibat serangan yang mereka lakukan, sebanyak 13 orang meninggal dunia dan lebih dari 5.000 orang lainnya harus menerima perawatan.
Seusai peristiwa tersebut, Aum Shinrikyo ditetapkan sebagai kelompok terlarang. Shoko Asahara selaku pemimpin kelompok ini dijatuhi hukuman mati. Sisa-sisa anggota Aum Shinrikyo yang belum tertangkap kemudian melarikan diri ke Eropa Timur dan negara-negara bekas Uni Soviet.
Klub Bunuh Diri Internet Jepang
Klub Bunuh Diri Internet Jepang via tribunnews.com |
Jepang merupakan salah satu negara paling maju dan paling makmur di Asia. Namun di balik kehebatan tersebut, tersembul pula sisi gelap di baliknya. Tingginya beban pekerjaan dan biaya hidup di Jepang menyebabkan banyak rakyat Jepang yang mengalami stress.
Saat mereka sudah merasa begitu frustrasi dengan hidupnya, mereka pun nekat melakukan bunuh diri. Sebagai akibatnya, Jepang pun sekarang menjadi salah satu negara dengan angka bunuh diri tertinggi di dunia.
Seiring dengan kian majunya perkembangan zaman, mereka yang sama-sama memiliki keinginan untuk bunuh diri kini mulai menjalin kontak satu sama lain lewat internet supaya mereka bisa saling berbagi informasi mengenai cara bunuh diri tanpa merasa sakit. Misalnya dengan cara mengunci diri di dalam mobil sambil menghirup asap.
Saat jumlah mereka yang menjalin kontak satu sama lain semakin banyak, terbentuklah klub khusus bunuh diri yang keanggotaannya berganti-ganti. Tidak diketahui kapan klub ini pertama kali terbentuk. Polisi sendiri baru mengetahui keberadaan klub ini pada tahun 2003.
Polisi tidak pernah berhasil membubarkan klub ini karena klub ini tidak memiliki struktur keanggotaan yang jelas. Setiap kali wadah tempat mereka berkumpul ditutup paksa oleh polisi, mereka bakal muncul kembali di tempat lain. Selama masalah tekanan sosial di Jepang belum berhasil diatasi, nampaknya selama itu pula klub macam ini bakal tetap ada di Jepang.
Sumber :
https://listverse.com/2013/11/07/10-bizarre-japanese-cults-youve-probably-never-heard-of/
https://www.bbc.com/news/world-asia-35975069