5 Fakta Soal Virus yang Tidak Banyak Diketahui Orang
Anehdidunia.com - Virus adalah makhluk yang bisa dibilang ada sekaligus tiada. Pasalnya virus terdapat di mana-mana, namun manusia hampir tidak pernah melihat virus secara langsung akibat begitu kecilnya ukuran mereka. Meskipun kecil, sudah tidak terhitung banyaknya manusia yang jatuh sakit atau bahkan meninggal akibat terserang virus. Namun virus bukan hanya soal penyakit. Berikut ini adalah 5 hal menakjubkan terkait virus yang perlu anda ketahui.
Virus Benda Mati atau Makhluk Hidup?
Virus Benda Mati atau Makhluk Hidup via idntimes.com |
Jika bicara soal virus, maka salah satu hal yang kerap menjadi bahan perdebatan adalah mengenai apakah virus tergolong sebagai makhluk hidup atau bukan. Pasalnya virus memiliki elemen-elemen yang juga dapat ditemukan pada makhluk hidup lain, yaitu protein, lemak, dan asam nukleus. Virus juga memiliki kemampuan berkembang biak dan bermutasi.
Lantas, apa penyebab virus tidak selalu dikategorikan sebagai makhluk hidup? Virus hanya bisa bermetabolisme dan berkembang biak jika virus tersebut sudah menjangkiti sel makhluk hidup lain. Jika virus sedang tidak menginfeksi makhluk lain, maka virus nampak tidak ada bedanya dengan benda mati.
Ada pula ilmuwan yang berpendapat bahwa virus yang sedang tidak menginfeksi makhluk lain tetap bisa dikategorikan sebagai makhluk hidup. Pasalnya virus yang sedang berada dalam kondisi ini tidak ada bedanya dengan benih pada tanaman.
Baik virus maupun benih tanaman nampak sebagai benda mati. Namun saat keduanya sudah berada di media yang tepat, keduanya akan langsung menampakkan tanda-tanda kehidupan. Benih tanaman baru akan menumbuhkan tunas saat benih tersebut berada dalam tanah dan menerima asupan air serta zat hara yang cukup.
Kalau pada virus, mereka membutuhkan sel makhluk lain yang cocok supaya bisa menampakkan tanda-tanda kehidupan. Saat virus sudah hinggap pada organisme lain yang sesuai, virus akan “membajak” organisme tersebut dan memanfaatkannya untuk berkembang biak.
Tubuh Manusia Penuh Dengan Virus
Tubuh Manusia Penuh Dengan Virus via cnnindonesia.com |
Sebagai makhluk yang berukuran amat kecil dan berjumlah amat banyak, bukan hal yang aneh jika virus dapat ditemukan di mana-mana. Tak terkecuali di dalam tubuh manusia. Namun berbeda dengan anggapan umum, virus yang memasuki tubuh manusia tidak selalu menyebabkan orang tersebut langsung jatuh sakit.
Tubuh manusia tersusun oleh kurang lebih 10 triliun sel. Jumlah tersebut belum termasuk bakteri-bakteri baik yang tinggal di dalam tubuh manusia. Mereka masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran pencernaan, saluran pernapasan, lubang pengeluaran, dan sebagainya.
Dengan cara yang sama, virus bisa memasuki tubuh manusia. Jumlah virus yang berada dalam tubuh manusia diperkirakan ratusan kali lebih banyak dibandingkan jumlah total sel manusia itu sendiri.
Meskipun banyak, virus-virus tersebut belum tentu membawa dampak negatif bagi manusia. Virus tersebut ada dalam tubuh manusia karena sasaran utama mereka adalah bakteri yang kebetulan juga tinggal dalam tubuh manusia.
Kalaupun ada virus yang mencoba menjangkiti sel tubuh manusia, biasanya sistem kekebalan tubuh akan bertindak sigap dan menyerang virus tersebut lebih dulu sebelum virusnya memiliki cukup waktu untuk memperbanyak diri. Jika tubuh manusia berada dalam kondisi sehat, virusnya tidak akan sampai menyebabkan manusia jatuh sakit.
Virus Bisa Digunakan Untuk Menyembuhkan Manusia
Virus Bisa Digunakan Untuk Menyembuhkan Manusia via liputan6.com |
Jika bicara soal virus dan penyakit, maka seketika yang terbayang adalah penyakit-penyakit menular yang disebabkan oleh virus seperti cacar, AIDS, flu, hingga flu. Namun virus sendiri ternyata tidak selalu membawa dampak negatif bagi kesehatan manusia. Ada pula virus yang bisa digunakan untuk membantu menyembuhkan manusia.
Phage atau lengkapnya bacteriophage adalah sejenis virus menjadikan bakteri tertentu sebagai inang utamanya. Bagi phage, bakteri adalah makanan sekaligus sarana untuk berkembang biak.
Saat virus phage sudah menempel pada bakteri, phage akan menyuntikkan isi tubuhnya ke dalam tubuh bakteri. Di dalam tubuh bakteri, komponen virus akan menyerap komponen milik bakteri dan memanfaatkannya untuk memperbanyak diri.
Setelah beberapa lama, ratusan virus phage baru akan tercipta dan siap menginfeksi bakteri lainnya, sementara bakteri yang diinfeksi tadi akan mengalami kematian.
Hal inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh ilmuwan. Jika virus phage bisa dimanfaatkan untuk menginfeksi bakteri penyebab penyakit pada manusia, maka virus tersebut bisa membantu menyembuhkan manusia.
Ilmuwan merasa begitu tertarik untuk memanfaatkan virus phage sebagai metode pengobatan baru karena penggunaan antibiotik yang berlebihan menyebabkan semakin banyak bakteri berbahaya yang kebal terhadap antibiotik. Virus phage juga relatif lebih aman bagi manusia karena phage hanya akan menginfeksi bakteri berbahaya dan tidak akan menyerang sel-sel manusia.
Virus Ini Aktif Kembali Setelah Tidur Panjang Selama 30.000 Tahun
Virus Ini Aktif Kembali Setelah Tidur Panjang Selama 30.000 Tahun via suara.com |
Siberia adalah wilayah milik Rusia yang terletak di Benua Asia bagian utara. Karena lokasinya yang dekat dengan Kutub Utara, Siberia pun memiliki suhu yang dingin dan kerap diselumuti oleh es. Di Siberia pulalah, ilmuwan pernah menemukan virus yang usianya mencapa 30.000 tahun.
Virus tersebut ditemukan terjebak dalam bongkahan es yang terkubur sedalam 30 meter dari permukaan tanah. Ajaibnya, meskipun virus tersebut sudah terjebak begitu lama di dalam es, virus yang sama ternyata masih bisa menunjukkan tanda-tanda kehidupan.
Saat virus tersebut ditempatkan bersama dengan amoeba dalam laboratorium, virus tersebut langsung menginfeksi amoeba. Seolah-olah virus yang bersangkutan baru saja bangkit dari tidur panjangnya untuk kembali mencari mangsa.
Oleh ilmuwan, virus tadi diberi nama ilmiah Pithovirus sibericum. Saat diamati memakai mikroskop optik, virus P. sibericum nampak berbentuk lonjong. Virus ini juga tergolong berukuran besar untuk ukuran virus karena bisa diamati tanpa memakai mikroskop elektron.
Meskipun virus ini tetap memiliki kemampuan untuk menginfeksi makhluk lain, P. sibericum bukanlah virus yang berbahaya bagi manusia. Pasalnya virus tersebut tidak menginfeksi sel tubuh manusia maupun hewan.
Ilmuwan sendiri meyakini kalau masih ada virus-virus purba yang terkubur di bawah lapisan es. Kekhawatiran terbesar ilmuwan adalah saat makin banyak lapisan es yang meleleh akibat pemanasan global, mungkin ada virus-virus berbahaya bagi manusia yang kemudian bakal lepas dari es dan kemudian menyebar untuk menjangkiti manusia.
Ada Virus Yang Menginfeksi Virus Lain
Ada Virus Yang Menginfeksi Virus Lain via the-scientist.com |
Virus yang menginfeksi manusia atau hewan sudah menjadi pengetahuan umum. Virus yang menjangkiti bakteri juga sudah lama diketahui oleh kalangan ilmuwan. Namun bagaimana dengan virus yang menjangkiti virus lain? Kanibalisme antar virus ternyata merupakan hal yang benar-benar ada.
Mamavirus adalah sejenis virus raksasa yang menginfeksi amoeba di menara pendingin reaktor untuk berkembang biak. Namun bak siklus memakan dan dimakan, ternyata mamavirus juga rentan menjadi sasaran makhluk lain.
Makhluk tersebut adalah sejenis virus yang ukurannya jauh lebih kecil dibandingkan virus. Oleh ilmuwan, virus tersebut diberi nama Sputnik. Nama itu sendiri diberikan karena virus ini nampak menyerupai satelit Sputnik buatan Uni Soviet yang mengelilingi benda langit lain yang berukuran lebih besar (Bumi).
Karena perilaku virus penginfeksi virus ini nampak seperti satelit yang mengelilingi planet, virus macam ini juga dikenal dengan istilah virus satelit.
Sputnik sebenarnya tetap memerlukan amoeba sebagai inangnya untuk berkembang biak. Namun karena Sputnik tidak bisa menginfeksi amoeba secara langsung, Sputnik harus menginfeksi mamavirus terlebih dahulu.
Saat mamavirus tadi menginfeksi amoeba, barulah Sputnik bisa memanfaatkan tubuh amoeba untuk menggandakan dirinya sendiri. Bahkan virus pun tidak aman dari ancaman virus lain.
Sumber :
https://www.bbc.com/news/science-environment-26387276
https://en.wikipedia.org/wiki/Phage_therapy