Metode Hukuman dan Siksaan Paling Sadis dari Masa Romawi Kuno
Anehdidunia.com - Bagi penguasa, menerapkan hukuman yang sadis bisa menjadi cara untuk menjaga ketertiban dan meredam pembangkangan dari rakyatnya. Hal tersebut juga berlaku di masa Romawi Kuno. Negara penguasa Eropa di masa silam tersebut diketahui pernah menerapkan aneka macam hukuman dan penyiksaan sadis kepada para korbannya. Berikut ini adalah 5 contoh di antaranya.
Dikubur Hidup-Hidup
Dikubur Hidup-Hidup via liputan6.com |
Romawi merupakan negara yang sejarahnya dipenuhi oleh peperangan dan intrik. Hal tersebut lantas turut berdampak pada seringnya Romawi diperintah oleh kaisar yang bengis. Dari sekian banyak kaisar kejam Romawi yang tercatat dalam sejarah, Nero adalah salah satu yang paling terkenal.
Salah satu contoh kekejaman Nero dapat dilihat pada metode eksekusi yang dipilihnya. Jika ada wanita penjaga kuil yang sampai ketahuan melanggar sumpah untuk menjaga keperawanannya, wanita tersebut dikurung di dalam sebuah gua dan dibiarkan mati kelaparan.
Dalam kasus lain, korban akan dipaksa melakukan penggalian. Saat lubang yang digali sudah cukup dalam, bagian dalam lubang kemudian akan dipasangi dengan duri. Korban sesudah itu akan didorong masuk ke dalam liang hingga tertancap.
Jika korban adalah pelaku kejahatan ringan, korban akan didorong hingga durinya menembus dada. Namun jika korban merupakan pelaku kejahatan berat, korban akan ditancapkan sedemikian rupa supaya ia tewas saat tertancap.
Saat tubuh korban masih tertancap, liang tersebut kemudian akan diisi kembali memakai serpihan tanah. Jadi kalau korban masih hidup saat sedang tertancap, korban cepat atau lambat bakal tewas akibat terkubur hidup-hidup.
Dijahit dalam Perut Keledai
Dijahit dalam Perut Keledai via sumbercerita.wordpress.com |
Keledai bukan hanya bisa diberdayakan sebagai hewan pengangkut barang. Di masa Romawi Kuno, keledai juga memiliki peran tambahan. Hewan kerabat kuda tersebut juga bisa digunakan sebagai sarana penyiksaan.
Untuk melakukan penyiksaan, mula-mula keledai yang bersangkutan akan dibunuh terlebih dahulu. Perut keledai yang sudah tak bernyawa tersebut lalu dibelah dan isi perutnya dikeluarkan.
Tahanan yang hendak dihukum mati selanjutnya akan ditelanjangi dan dimasukkan ke dalam perut keledai. Padahal keledai bukanlah hewan yang berukuran besar sehingga orang yang dimasukkan ke dalam rongga perut keledai harus berada dalam posisi meringkuk.
Perut keledai tersebut lalu dijahit supaya tubuh orang tadi terjebak dalam perut keledai. Namun bagian kepala orang yang sama dibiarkan tersembul keluar dari perut keledai supaya ia tetap bisa bernapas.
Jika orang tersebut mengira kalau penderitaannya sudah sampai di sana, maka ia salah besar. Bangkai keledai tadi beserta orang di dalam perutnya akan ditempatkan di bawah sinar matahari terik.
Akibat terpapar oleh sinar matahari, orang tadi secara otomatis akan merasa kepanasan dan mulai melepuh. Sementara tubuh keledai tempatnya terjebak bakal mulai mengalami pembusukan. Setelah beberapa lama, lalat akan mulai mengerubungi tubuh keduanya.
Belatung sesudah itu akan mulai bermunculan pada tubuh keledai dan orang tadi. Namun karena ia terjebak dalam tubuh keledai, ia hanya bisa merintih kesakitan saat belatungnya mulai menggerogoti tubuhnya. Penderitaannya baru berakhir saat ia tewas akibat kelaparan, kehausan, atau dimakan oleh burung bangkai.
Disalib
Disalib via idntimes.com |
Inilah metode eksekusi di masa Romawi Kuno yang paling terkenal. Pasalnya menurut keyakinan umat Kristen, Yesus dulu pernah disalib hingga meninggal sebelum kemudian bangkit kembali. Bagi bangsa Romawi Kuno sendiri, penyaliban merupakan metode yang banyak dipilih jika ingin menyiksa korbannya hingga tewas.
Penyaliban biasanya digunakan untuk menghukum kalangan budak. Berbeda dengan anggapan umum, detail penyaliban bisa dilakukan secara berbeda-beda karena bergantung pada kemauan sang algojo.
Sebagai contoh, orang yang disalib tangannya tidak selalu dipaku hingga menancap pada kayu salib. Ada pula kasus di mana korban hanya diikat pada kayu salib, namun kepalanya ditutupi. Korban sesudah itu dicambuki hingga tewas saat masih terikat pada kayu salib.
Jika sang algojo ingin menambah penderitaan korban atau mempercepat kematiannya, barulah tangan dan kaki korban dipaku pada kayu salib supaya korban meninggal akibat kehabisan darah. Kadang-kadang algojo juga melukai korban lebih jauh lagi supaya kematiannya menjadi semakin cepat.
Penyaliban tidak selalu dilakukan dalam posisi kayu salib yang tegak. Ada pula orang disalib dalam posisi terbalik alias dengan posisi kepala menghadap ke bawah. Karena metode penyaliban yang dilakukan oleh antar algojo kerap berbeda satu sama lain, penyaliban pun menjadi salah satu metode eksekusi kuno dengan prosedur pelaksanaan yang paling bervariasi.
Dilubangi Tikus
Dilubangi Tikus via idntimes.com |
Tikus merupakan hewan yang banyak dibenci oleh manusia. Pasalnya hewan kecil ini memiliki kebiasaan merusak perabotan dan mencuri makanan yang disimpan oleh manusia. Jika itu masih belum cukup, tikus juga bisa menjadi perantara penyakit berbahaya semisal pes.
Kalau bagi mereka yang tinggal di masa Romawi Kuno, tikus juga ditakuti karena hewan ini bisa membawa kematian bagi korbannya. Prosesnya pun bisa dibilang mengerikan karena saat korban sudah tewas, mayat korban bakal terlihat memiliki lubang besar tubuhnya.
Untuk melaksanakan penyiksaan memakai tikus, mula-mula korban akan dibaringkan di atas meja dengan tangan dan kaki yang terikat. Sangkar logam kecil yang berisi tikus kemudian ditempatkan di atas perut korban.
Algojo sesudah itu akan menginterogasi korban. Jika korban menolak untuk buka mulut, kandang tikus yang ada di atas tubuhnya tadi akan dipanaskan. Akibatnya, tikus yang ada di dalam kandang pun mulai berlarian karena kepanasan.
Karena tikus tersebut tidak bisa melarikan diri melalui terali kandang, tikus tersebut lantas akan menggerogoti perut korban supaya bisa lolos dari panas. Kelanjutannya sudah bisa kita duga. Korban bakal berteriak-teriak kesakitan saat tikus tersebut menggeliat masuk ke dalam tubuhnya.
Metode penyiksaan memakai tikus sendiri ternyata masih digunakan hingga berabad-abad kemudian. Pada abad ke-20, rezim diktator Argentina diketahui pernah menggunakan metode ini menyiksa lawan-lawan politiknya.
Digerogoti dari Dalam
Digerogoti dari Dalam via idntimes.com |
Pada awal-awal kemunculannya, agama Kristen dianggap sebagai agama menyimpang oleh penguasa Romawi. Itulah sebabnya para penganut agama Kristen di Romawi harus pandai-pandai membaur sambil tetap menjalankan agamanya secara sembunyi-sembunyi.
Namun jika identitas asli sang penganut Kristen berhasil terbongkar, maka ia harus menghadapi kemungkinan terburuk. Untuk membasmi penganut Kristen di wilayahnya dan memberi peringatan tak tertulis pada penduduk Romawi yang lain, penguasa Romawi tidak segan-segan menggunakan cara paling keji untuk mengukum penganut Kristen yang tertangkap.
Saat Romawi diperintah oleh Kaisar Domitian, pengikut Kristen yang berhasil ditangkap mula-mula akan dihukum dengan cara disiram memakai madu dan susu. Sesudah itu, korban akan dimasukkan ke dalam tong sempit.
Saat sudah terjepit di dalam tong, korban akan disuapi secara paksa dengan makanan yang mengandung hewan-hewan kecil, misalnya larva serangga. Karena tubuh korban dipenuhi oleh cairan manis, hewan tersebut akan menggerogoti tubuh korban dari dalam.
Hingga beberapa hari berikutnya, korban akan terus disuapi supaya tetap hidup. Namun di saat yang bersamaan, korban harus menahan sakit karena tubuhnya dimakan dari dalam. Sesudah kurang lebih 2 minggu, korban biasanya sudah meninggal dengan kondisi yang mengenaskan.
Sumber :
https://listverse.com/2016/11/22/10-horrifying-tortures-used-in-ancient-rome/
https://historyofyesterday.com/rat-torture-bc17cf72400b