Main Bitcoin? Fakta Unik Seputar Mata Uang Virtual yang Jadi Fenomena
Bitcoin. Itulah nama dari mata uang virtual yang belakangan semakin sering menjadi buah bibir. Jika dibandingkan dengan mata uang resmi negara, kelebihan utama bitcoin adalah mata uang ini tidak bergantung pada regulasi pemerintah.
Sebagai akibatnya, mata uang virtual ini pun kian sering digunakan untuk melakukan transaksi rahasia. Namun keunikan bitcoin bukan hanya terbatas pada kerahasiannya. Berikut ini adalah 5 fakta unik seputar mata uang virtual yang pertama kali muncul pada tahun 2009 tersebut.
Barang Pertama yang Dibeli Memakai Bitcoin Adalah Pizza
Barang Pertama yang Dibeli Memakai Bitcoin Adalah Pizza via bitcoinmedia.id |
Saat bitcoin baru pertama kali keluar, tidak ada yang menggunakan bitcoin untuk kegiatan jual beli karena tidak banyak yang memahami cara kerja mata uang virtual ini. Namun selalu ada ruang untuk yang pertama.
Laszlo Hanyecz adalah orang pertama yang tercatat menggunakan bitcoin untuk kegiatan transaksi. Pada tanggal 22 Mei 2010, saat bitcoin baru berusia setahun, Hanyecz memesan 2 porsi pizza dan membayarnya memakai 10.000 bitcoin.
Di kalangan pengoleksi mata uang virtual, hari di mana Hanyecz membeli pizza memakai bitcoin sekarang dikenang sebagai “Hari Pizza Bitcoin”.
Pada masa itu, uang bitcoin bernilai demikian terlihat nyaris tidak ada harganya. Namun satu dekade berlalu, nilai tukar bitcoin sudah melesat jauh. Sekarang bitcoin menjadi mata uang virtual yang banyak diburu berkat nilai tukarnya yang tinggi.
Berdasarkan kurs bulan Mei 2020, 1 bitcoin setara dengan 9.500 dollar (sekitar 139 juta rupiah). Jika dikalikan dengan 10.000 bitcoin yang dikeluarkan oleh Hanyecz untuk membeli pizza, dapat dibayangkan bagaimana besarnya uang yang dikeluarkan oleh Hanyecz jika dilihat memakai kurs sekarang.
Namun Hanyecz sendiri mengaku sama sekali tidak menyesal dengan keputusannya pada waktu itu. Pasalnya pada waktu itu, hampir tidak ada orang yang melakukan transaksi memakai bitcoin. Jadi tidak ada masalah baginya untuk membeli pizza memakai bitcoin pada waktu itu.
Pria Ini Membuang Bitcoin Senilai Ratusan Juta Dollar ke Tempat Sampah
Membuang Bitcoin ke Tempat Sampah via senayanpost.com |
Jika Hanyecz merasa tidak menyesal karena sudah mengeluarkan ribuan bitcoin untuk membeli barang murah, maka tidak demikian halnya dengan James Howells. Bagi pria asal Wales tersebut, kehilangan ribuan bitcoin mungkin merupakan salah satu penyelesan terbesar dalam hidupnya.
Semuanya bermula ketika pada tahun 2009, Howells membeli 7.500 bitcoin pada tahun 2009, tahun yang juga merupakan tahun peluncuran bitcoin. Ia kemudian menyimpan bitcoin yang sudah dibelinya tersebut dalam laptopnya. Jika memakai kurs sekarang, nilai bitcoin milik Howells tersebut kurang lebih setara 290 juta dollar.
Suatu hari, Howells tanpa sengaja menumpahkan minuman ke atas laptopnya. Ia kemudian mengeluarkan hard disk laptopnya dan menyimpannya di laci kantornya. Beberapa tahun berlalu, Howells sudah lupa kalau ia pernah menyimpan bitcoin dalam hard drive tersebut. Ia pun kemudian membuang bitcoin tersebut ke tempat pembuangan sampah pada tahun 2013.
Saat nilai bitcoin kian menanjak, Howells akhirnya ingat kalau ia pernah menyimpan bitcoin dalam hard drive miliknya. Merasa panik bukan main, Howells pun bergegas pergi menuju tempat pembuangan sampah akhir di kota Newport. Ia menduga hard drive miliknya kini berada di bawah timbunan sampah tersebut.
Howells kemudian meminta bantuan kepada pemkot setempat dan menawarkan seperempat bitcoin miliknya jika hard drivenya berhasil ditemukan. Namun pemkot Newport menolak permintaan Howells karena sampah yang disingkirkan dikhawatirkan bakal menimbulkan masalah polusi ke sekitarnya.
Hacker Ini Meminta Tebusan Bitcoin dan Mengirimkan Uangnya ke Lembaga Amal
Hacker Ini Meminta Tebusan Bitcoin dan Mengirimkan Uangnya ke Lembaga Amal via takipciart.com |
Robin Hood adalah tokoh pemanah dalam legenda Inggris yang diceritakan gemar merampok orang-orang kaya supaya uang hasil rampokannya bisa dibagi-bagikan kepada rakyat miskin. Kalau di dunia bitcoin, tindakan hacker ini bisa dianggap serupa dengan Robin Hood.
Saat beraksi, hacker tersebut akan virus ransomware untuk menyusup ke dalam jaringan komputer perusahaan yang diserangnya. Hacker tersebut akan membajak sistem komputer tersebut sehingga teknisi perusahaan yang bersangkutan tidak lagi memiliki kendali atas jaringan komputer perusahaannya.
Hacker tersebut lantas meminta uang tebusan memakai bitcoin kepada perusahaan yang diserangnya. Menariknya, hacker tersebut kemudian menggunakan uang tebusan yang mereka terima untuk disumbangkan kepada lembaga amal.
Pada bulan Oktober 2020 misalnya, hacker tersebut mengaku kalau ia menyumbangkan uang 10.000 dollar kepada The Water Project, yayasan yang menyediakan air bersih untuk orang-orang yang tinggal di Gurun Sahara dan sekitarnya.
Hacker tersebut juga menyumbangkan uang tebusan yang mereka dapat kepada lembaga Children International. Namun atas pertimbangan moral, lembaga yang bersangkutan menolak menerima uang sumbangan tersebut.
Bitcoin Memerlukan Listrik yang Amat Banyak
Bitcoin Memerlukan Listrik yang Amat Banyak via inet.detik.com |
Karena bitcoin merupakan mata uang virtual, maka bitcoin harus ditambang secara virtual pula. “Penambangan” bitcoin dilakukan dengan cara memecahkan aneka macam teka-teki dan persamaan matematika.
Penambangan bitcoin memerlukan komputer dengan kecepatan tinggi dan konsumsi daya listrik yang amat besar. Jumlah listrik yang diperlukan untuk menambang bitcoin setiap tahunnya mencapai 121,36 terawatt.
Jumlah tenaga listrik yang sama bisa digunakan untuk menyalakan peralatan listrik di seluruh Inggris hingga 27 tahun kemudian. Menurut ilmuwan, jika bitcoin adalah negara, maka bitcoin akan menjadi salah satu negara konsumen listrik paling boros di dunia.
Beberapa penambang bitcoin mengakali hal ini dengan cara menambang bitcoin di wilayah yang tarif listriknya rendah. Pada awal April 2021, pemerintah Abkhazia – negara pecahan Georgia yang tidak diakui dunia internasional – melarang praktik penambangan bitcoin. Pasalnya sejumlah penambang bitcoin memanfaatkan tarif listrik Abkhazia yang murah untuk mengoperasikan mesin-mesin bitcoin miliknya.
Akibatnya, Abkhazia pun sering mengalami pemadaman listrik karena listrik yang tersedia disedot oleh penambang bitcoin. Jumlah penambang bitcoin di Abkhazia hanya semakin bertambah setelah wabah Covid-19 menyebabkan mereka tidak bisa lagi mengandalkan pekerjaan lamanya untuk memperoleh pemasukan.
Negara Ini Dituduh Sebagai Pelaku Perampokan Bitcoin Terbesar di Dunia
Negara Ini Dituduh Sebagai Pelaku Perampokan Bitcoin Terbesar di Dunia via leastwastefulcities.com |
Korea Utara dikenal sebagai negara paling tertutup di dunia. Namun hal tersebut tidak lantas membuat negara pimpinan Kim Jong Un ini menjadi negara yang udik. Saat bitcoin menjadi fenomena di dunia maya seperti sekarang, negara ini juga turut ambil bagian.
Forbes mengabarkan bahwa hacker dengan nama samaran Lazarus Group melakukan penjarahan di situs KuCoin, situs jual beli mata uang virtual (termasuk bitcoin). Jumlah total uang virtual yang dijarah oleh Lazarus Group dikabarkan nilainya stara 275 juta dollar. Jumlah tersebut mencapai separuh dari jumlah total bitcoin korban perampokan di tahun 2020.
Lazarus Group dilaporkan berasal dari Korea Utara. Sebelum melakukan penjarahan ini, Lazarus Group juga dituduh bertanggung jawab atas serangan virtual ke perusahaan Sony pada tahun 2014. Akibat seragan tersebut, dokumen-dokumen rahasia mengenai Sony dan para pegawainya bocor ke publik.
Pengamat menduga bahwa Lazarus Group melakukan perampokan bitcoin supaya bisa mendapatkan dana tambahan untuk membiayai proyek senjata nuklirnya. Supaya uang hasil jarahannya sulit dilacak, Lazarus Group mentransfer bitcoin hasil jarahan mereka ke beberapa akun uang virtual sekaligus.
Sumber :
https://listverse.com/2021/03/24/ten-bizarre-facts-about-bitcoin/ https://www.coindesk.com/bitcoin-pizza-10-years-laszlo-hanyecz https://www.coindesk.com/abkhazia-bans-bitcoin-mining-shortly-after-legalizing-it https://www.forbes.com/sites/thomasbrewster/2021/02/09/north-korean-hackers-accused-of-biggest-cryptocurrency-theft-of-2020-their-heists-are-now-worth-175-billion/?sh=6695782b5b0b