Fakta Sejarah Gurun Sahara yang Terbalik 180 Derajat
Sahara adalah gurun pasir terbesar di dunia yang terletak di Benua Afrika. Sepintas tidak ada hal yang istimewa dari Sahara selain iklimnya yang amat kering. Padahal sebagai kawasan gurun yang ditempati oleh banyak negara, ada banyak hal menarik yang pernah terjadi di Sahara. Berikut ini adalah hal-hal tersebut.
Gurun Sahara Dulunya Subur
Gurun Sahara Dulunya Subur via ikons.id |
Gurun Sahara sekarang menyandang reputasi sebagai salah satu tempat terkering di dunia. Sepanjang mata memandang, orang-orang hanya akan melihat hamparan pasir yang seolah tidak habis-habis.
Namun ternyata di masa lampau kondisinya jauh berbeda. Tidak seperti Sahara di masa sekarang, pada masa lalu Sahara ternyata memiliki lahan yang subur dan banyak ditumbuhi oleh pepohonan.
Sekitar 6.000 tahun yang lalu, Sahara dipenuhi oleh pepohonan. Namun sesudah itu, kondisi Sahara berangsur-angsur berubah hingga akhirnya menjadi kawasan kering kerontang seperti sekarang. Lantas, apa yang menyebabkan Sahara bisa berubah hingga seekstrim itu?
Menurut ilmuwan, berubahnya iklim Sahara terjadi akibat berubahnya kemiringan Bumi. Sekarang poros Bumi memiliki kemiringan 23,5 derajat. Namun pada masa itu, Bumi sedikit lebih miring karena kemiringannya mencapai lebih dari 24 derajat.
Akibat perubahan kemiringan tersebut, curah hujan yang diterima Sahara menjadi berkurang sehingga kawasan tersebut secara berangsur-angsur berubah menjadi padang gurun yang gersang seperti sekarang.
Sejumlah temuan arkeologis juga menunjukkan kalau Sahara di masa lampau memang memiliki iklim yang lebih basah. Contoh dari temuan tersebut adalah lukisan gua di Sahara yang menampilkan sepasang orang yang sedang berenang.
Di Tengah-Tengah Sahara, Ada Tambang Garam
Di Tengah-Tengah Sahara, Ada Tambang Garam via travel.tempo.co |
Garam adalah benda yang sepintas nampak remeh, namun aslinya amat penting bagi kehidupan manusia. Jika tidak ada garam, maka manusia tidak akan bisa mengawetkan dan menyedapkan makanannya.
Garam juga mengandung senyawa sodium dan klorida yang dibutuhkan oleh tubuh supaya bisa berfungsi secara normal. Jika garam dicampur dengan yodium, maka orang yang mengkonsumsinya bisa terhindar dari penyakit gondok dan kretin.
Garam didapat dengan cara mengumpulkan air laut dan kemudian menjemurnya. Saat airnya sudah habis menguap, endapan garam yang tertinggal selanjutnya bisa diambil. Garam sendiri bukan hanya bisa didapat dari laut. Di tengah-tengah Gurun Sahara, ternyata ada juga tempat yang kaya akan garam.
Taoudenni adalah sebuah tempat di tengah-tengah Gurun Sahara yang sekarang terletak di negara Mali. Di tempat itulah, terdapat cadangan garam yang tersimpan di bawah tanah. Untuk mendapatkan garam, orang hanya perlu melakukan penggalian sedalam 4 meter.
Garam yang tersimpan di bawah Taoudenni bentuknya berupa batuan besar yang bisa dihancurkan menjadi bongkahan-bongkahan batu garam yang lebih kecil. Bongkahan garam tersebut selanjutnya bisa diangkut ke luar Taoudenni dengan memakai truk atau unta.
Mungkin ada di antara anda yang penasaran. Kenapa bisa ada timbunan garam di tengah-tengah gurun. Jadi, garam aslinya berasal dari batuan sungai yang terkikis dan kemudian bermuara di sungai atau danau.
Saat danau yang ada di Taoudenni mengering, endapan garamnya tetap tertinggal di bekas lokasi danau. Lama kelamaan, timbunan garam tersebut tertimbun oleh lapisan pasir dan tanah hingga menjadi cadangan garam di bawah tanah seperti sekarang.
Di Sahara Pernah Ada Salju
Di Sahara Pernah Ada Salju via tekno.tempo.co |
Sahara identik dengan tempat yang panas dan kering. Oleh karena itulah, rasanya sulit membayangkan kalau ada salju yang turun di tempat tersebut. Namun ternyata salju juga pernah turun di Sahara.
Wilayah utara Sahara termasuk dalam zona subtropis. Jadi sebenarnya secara teoritis, hujan salju memang bisa turun di tempat tersebut. Namun karena Sahara memiliki suhu yang amat panas dan curah hujan yang amat rendah, hujan salju di Sahara tergolong sebagai kasus yang amat jarang terjadi.
Contoh dari kejadian langka tersebut pernah terjadi di Ain Sefra, kota di Aljazair yang terletak di Pegunungan Atlas. Kota tersebut berlokasi 1.000 meter di atas permukaan laut. Karena lokasinya tersebut, Ain Sefra pun memiliki suhu harian yang relatif lebih bersahabat jika dibandingkan wilayah Sahara lain yang lebih kering.
Sepanjang sejarahnya, Ain Sefra baru pernah 4 kali mengalami kasus hujan salju, yaitu pada tahun 1979, 2017, 2018, dan yang terbaru pada bulan Januari 2021. Hujan salju di tahun 2021 bisa terjadi karena saat itu suhu lingkungan di Ain Sefra sedang berada pada kondisi minus 3 derajat Celcius.
Peristiwa langka tersebut tak pelak menarik perhatian warga setempat. Karim Bouchetata adalah salah satunya. Fotografer asal Aljazair tersebut langsung mengambil kameranya untuk mengabadikan momen turunnya salju di Ain Sefra.
Ada Masjid yang Terbuat dari Lumpur di Sahara
Ada Masjid yang Terbuat dari Lumpur di Sahara via pwmu.co |
Mali adalah negara di Gurun Sahara yang berpenduduk mayoritas Muslim. Jadi bukan hal yang aneh jika negara tersebut memiliki masjid di wilayahnya. Dari sekian banyak masjid yang ada di Mali, Masjid Agung Djenne adalah salah satu yang paling terkenal.
Sesuai dengan namanya, Masjid Agung Djenne memang terletak di kota Djenne. Keistimewaan utama masjid ini adalah masjid ini menggunakan lumpur sebagai bahan baku utamanya. Batang-batang kayu besar juga nampak menyembul di sejumlah dinding luar masjid.
Masjid Agung Djenne tergolong sebagai masjid yang tua. Pasalnya masjid ini sudah ada sejak abad ke-13. Namun sesudah itu, masjid ini sempat berada dalam kondisi setengah hancur akibat tidak terurus.
Karena masjid ini juga dipandang sebagai warisan sejarah yang berharga, Masjid Agung Djenne pun dibangun ulang pada tahun 1906. Sekarang, masjid ini masih digunakan sebagai tempat untuk beribadah oleh warga sekitar. UNESCO juga mengakui masjid ini sebagai Cagar Budaya Dunia.
Pernah Ada Uji Coba Bom Nuklir di Sahara
Pernah Ada Uji Coba Bom Nuklir di Sahara via tribunnewswiki.com |
Perancis adalah satu dari sedikit negara di dunia yang memiliki persediaan senjata nuklirnya sendiri. Saat Perancis masih memiliki wilayah jajahan di Afrika, Perancis pernah melakukan uji coba senjata nuklirnya di tengah-tengah Gurun Sahara. Tepatnya di dekat Reggane yang sekarang berstatus sebagai wilayah milik Aljazair.
Uji coba senjata nuklir Perancis dilakukan pada tanggal 13 Februari 1960 dengan nama kode sandi Gerboise Bleue (Jerboa Biru). Dalam uji coba tersebut, Perancis meledakkan bom nuklir sebesar 70 kiloton. Sebagai perbandingan, bom atom yang dijatuhkan di kota Nagasaki kekuatannya “hanya” 22 kiloton.
Uji coba tersebut bukanlah uji coba nuklir terakhir yang dilakukan oleh Perancis di Sahara. Setahun kemudian, Perancis kembali meledakkan bom nuklir. Tidak lama sesudah itu, pasukan Perancis kemudian melakukan latihan perang di bekas lokasi uji coba. Hal tersebut diduga dilakukan untuk mengetahui dampak radiasi senjata nuklir pada manusia.
Saat Perancis akhirnya setuju untuk memberikan kemerdekaan pada Algeria di tahun 1962, Perancis tetap diperbolehkan melakukan uji coba nuklir di fasilitas uji coba bawah tanah di Aljazair hingga tahun 1966. Sesudah itu, Perancis melakukan uji coba senjata nuklirnya di tengah-tengah Samudera Pasifik, tepatnya di Kepulauan Polinesia Perancis.
Sumber :
https://www.astrobio.net/news-exclusive/how-earths-orbital-shift-shaped-the-sahara/ https://www.arabnews.com/node/1795231/offbeat https://en.wikipedia.org/wiki/Taoudenni https://en.wikipedia.org/wiki/Great_Mosque_of_Djenn%C3%A9 https://en.wikipedia.org/wiki/Gerboise_Bleue_(nuclear_test)