Hewan Ini Bisa Membunuh Orang yang Memakannya Meskipun Sudah Mati
Manusia adalah makhluk omnivora yang berarti manusia bisa hidup dari memakan daging dan tumbuhan. Meskipun begitu, tidak semua hewan lantas dikonsumsi oleh manusia. Entah karena adanya pantangan tertentu dalam agama yang dianutnya, atau karena hewan tersebut dianggap terlalu berbahaya jika harus diolah menjadi makanan.
Meskipun begitu, sejumlah orang lebih memilih untuk mengambil resiko dengan cara memakan hewan-hewan yang beracun. Alasannya biasanya karena hewan tersebut memiliki rasa dan sensasi khas yang tidak dapat ditemukan pada makanan jenis lain. Berikut ini adalah 5 contoh hewan berbahaya yang dikonsumsi oleh manusia dan tetap berpotensi membunuh manusia meskipun dihidangkan dalam kondisi sudah mati.
Ikan Buntal
Ikan Buntal via belitung.tribunnews.com
|
Rasanya tidak ada ikan yang tidak mengenal ikan yang satu ini. Ikan buntal terkenal karena menghisap air supaya tubuhnya membesar seperti balon. Beberapa ikan buntal juga memiliki duri di kulitnya supaya penampilannya nampak berbahaya. Bagi ikan buntal yang tidak berduri, mereka memiliki racun sebagai alat pertahanan dirinya.
Ikan buntal banyak dikonsumsi oleh orang Jepang sebagai sushi berkat rasa dagingnya yang enak. Namun racun yang dimiliki oleh ikan buntal menyebabkan ikan ini tidak boleh dimasak oleh sembarang orang.
Hanya koki profesional yang sudah terlatih yang diperbolehkan untuk menghidangkan ikan ini. Seorang koki sushi yang ingin membuat hidangan berbahan ikan buntal harus menjalani pelatihan selama tiga tahun.
Racun ikan buntal atau tetrodotoxin memang memiliki efek yang sangat berbahaya bagi manusia. Racun yang dimilikinya konon 200 kali lebih mematikan dibandingkan racun sianida. Racun tersebut dapat ditemukan pada organ reproduksi, hati, dan usus ikan buntal.
Jika seseorang sampai keracunan ikan buntal, mula-mula mulut orang tersebut akan mengalami mati rasa. Sesudah itu, orang tersebut akan mengalami kelumpuhan hingga akhirnya meninggal. Waktu yang dibutuhkan oleh racun ikan buntal untuk menewaskan manusia berkisar mulai dari 20 menit hingga 24 jam.
Gurita Hidup
Gurita Hidup via wartabuana.com |
Mengkonsumsi gurita bukanlah hal yang aneh. Ada banyak hidangan berbahan gurita yang pernah dibuat oleh manusia. Namun di Korea Selatan, ada makanan bernama san-nakji yang disebut-sebut sebagai salah satu makanan paling menjijikan sekaligus berbahaya yang pernah ada.
San-nakji menggunakan bayi gurita yang belum lama dibunuh sebagai bahan bakunya. Walaupun sudah mati, tentakel gurita akan tetap bergerak-gerak seolah masih hidup. Terlebih saat tentakel tersebut terkena minyak wijen.
Melihat tentakel gurita masih menggeliat-geliat mungkin terlihat lucu. Namun jika seseorang harus menelan tentakel tersebut, itu adalah hal yang sama sekali berbeda. Ketika seseorang memakan san-nakji, tentakel tersebut akan bergerak-gerak di dalam mulut serta kerongkongan orang yang memakannya.
Bagian bawah tentakel gurita penuh dengan piringan-piringan penghisap kecil. Di sinilah bagian yang paling berbahaya dari memakan san-nakji. Saat tentakelnya sedang berada di dalam kerongkongan orang yang memakannya, tentakel tersebut bisa saja menempel di sana dan tidak mau turun.
Jika tentakel tersebut menempel di sana dalam rentang waktu yang terlalu lama, orang tersebut bisa meninggal akibat kehabisan napas. Sebanyak 6 orang dilaporkan tewas setiap tahunnya akibat mengkonsumsi san-nakji.
Kerang Darah
ilustrasi makan kerang via tripadvisor.co.id |
Kerang memang memiliki cangkang yang keras. Namun di dalam cangkangnya, terdapat daging yang lunak dan lezat. Jika sudah dibumbui, daging kerang merupakan makanan yang bakal membuat siapapun untuk memakannya lagi dan lagi.
Satu dari sekian banyak jenis kerang yang dagingnya dikonsumsi oleh manusia adalah kerang darah. Kerang ini mendapatkan namanya dari warna daginnya yang memang berwarna kemerahan.
Warna merah tersebut berasal dari banyaknya zat hemoglobin yang terdapat pada dagingnya. Hemoglobin juga dapat ditemukan pada sel darah merah manusia. Fungsi dari zat ini adalah untuk mengikat oksigen supaya bisa diedarkan ke seluruh tubuh.
Kerang merah bukanlah hewan yang beracun, namun habitat dan perilaku hidupnya menyebabkan hewan ini bisa mendatangkan kematian bagi orang-orang yang mengkonsumsinya.
Kerang merah hidup di dasar laut sambil menyaring air laut untuk mendapatkan makanan. Setiap harinya, kerang ini bisa menyaring 40 liter air laut. Jika air yang dihisapnya tersebut kebetulan mengandung limbah maupun organisme berbahaya, maka benda-benda tadi bakal ikut menumpuk dalam tubuh kerang.
Jika habitat tempatnya hidup kebetulan merupakan habitat yang tercemar, maka dapat dibayangkan betapa mematikannya kerang ini saat kemudian dimakan oleh manusia. Kerang ini dapat menularkan penyakit-penyakit berbahaya pada manusia seperti hepatitis, tifus, dan disentri.
Di Shanghai pada tahun 1988, sebanyak 300.000 orang dilaporkan pernah jatuh sakit akibat memakan kerang merah yang sudah tercemar. Dari sekian banyak orang yang pernah mengkonsumsi kerang merah, sebanyak 15% di antaranya diperkirakan pernah terserang penyakit yang disebarkan oleh kerang ini.
Katak Banteng Afrika
Katak Banteng Afrika via juaranews.com |
Katak sepintas nampak sebagai hewan yang menjijikan. Namun faktanya, hewan ini banyak dikonsumsi sebagai makanan di berbagai belahan dunia. Di Perancis misalnya, sebanyak 80 juta paha katak dikonsumsi setiap tahunnya oleh penduduk negara tersebut. Dari sekian banyak jumlah tersebut, sebanyak 80 persennya diimpor dari Indonesia.
Namun bagi sejumlah orang di Afrika, mengkonsumsi paha katak saja dianggap belum cukup nikmat. Penduduk di Namibia dikabarkan mengkonsumsi katak dengan cara memakan seluruh bagian tubuhnya. Katak yang mereka konsumsi adalah jenis katak banteng Afrika. Oleh penduduk setempat, hidangan yang terbuat dari katak ini dikenal dengan nama efuma.
Apa yang membuat efuma dikategorikan sebagai makanan berbahaya adalah karena kulit dan organ dalam katak ini mengandung racun. Jika racun tersebut masuk ke dalam tubuh manusia secara berlebihan, maka orang yang bersangkutan bisa mengalami gagal ginjal atau bahkan meninggal.
Yang menarik adalah katak banteng muda memiliki kadar racun yang berbeda dibandingkan katak dewasa yang sudah kawin. Itulah sebabnya penduduk Namibia hanya akan memburu katak ini saat musim kawin katak banteng sudah berlalu.
Ubur-Ubur
Ubur-Ubur via batamtoday.com |
Ubur-ubur bukanlah hewan yang normalnya bakal didekati oleh manusia. Sebabnya adalah meskipun hewan ini nampak cantik, ubur-ubur memiliki tentakel yang amat beracun. Sampai-sampai di kartun Spongebob, hewan ini digambarkan bisa menyetrum orang-orang lewat tentakelnya.
Meskipun sudah terkenal sebagai hewan yang beracun, nyatanya tetap ada orang yang mengkonsumsi ubur-ubur. Ubur-ubur Nomura adalah salah satu contoh ubur-ubur yang ditangkap oleh manusia untuk dimakan.
Ubur-ubur Nomura merupakan salah satu ubur-ubur terbesar di dunia karena ubur-ubur ini bisa tumbuh hingga sebesar 2 meter dan seberat 200 kilogram. Bagi kalangan nelayan sendiri, ubur-ubur Nomura kerap dianggap sebagai gangguan karena ubur-ubur ini kerap membunuh ikan yang hendak ditangkap oleh nelayan.
Meskipun begitu, ubur-ubur ini tetap memiliki nilai ekonomi di Jepang karena penduduk setempat diketahui menjadikan ubur-ubur ini sebagai makanan. Selain dimakan layaknya makanan laut biasa, ubur-ubur ini juga dimakan sebagai bagian dari es krim.
Karena ubur-ubur Nomura mengandung racun yang berbahaya, ubur-ubur ini tidak boleh dimakan dalam kondisi mentah. Mereka yang hendak membuat masakan ubur-ubur Nomura juga harus menjalani pelatihan terlebih dahulu. Jika seseorang sampai memakan ubur-ubur saat kadar racunnya masih tinggi, orang tersebut bisa mengalami gatal-gatal, bengkak, dan bahkan kematian.
Sumber :
https://listverse.com/2020/02/17/top-10-most-dangerous-things-you-can-eat/
https://www.thelocal.fr/20161012/do-the-french-really-still-eat-frogs-legs