Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Sebelum Wabah Virus Corona, Liga Inggris Pernah Dihentikan Gara-Gara Ini

Wabah virus corona tengah meneror dunia. Akibat pesatnya penyebaran virus ini dan tingginya korban tewas, banyak aktivitas di ruang publik yang terpaksa dihentikan. Ranah sepak bola juga ikut terkena imbasnya. Banyak liga sepak bola yang terpaksa dihentikan untuk mencegah penyebaran virus ini.

Hal serupa juga berlaku di Inggris. Kompetisi Liga Premier dan divisi-divisi bawahnya terpaksa harus dihentikan hingga situasi kembali membaik. Namun ternyata bukan sekali ini saja kompetisi Liga Inggris dihentikan di tengah jalan akibat faktor nonteknis. Di masa lampau, Liga Inggris juga pernah dihentikan di tengah jalan akibat sejumlah alasan.

Perang Dunia I

Perang dunia 1

Tanggal 4 Agustus 1914, Inggris menyatakan perang kepada Jerman. Pernyataan tersebut sekaligus menandai keikutsertaan Inggris dalam Perang Dunia I yang kelak bakal terus berlangsung hingga 4 tahun lamanya. 

Tidak lama seusai keluarnya deklarasi perang oleh pemerintah Inggris, turnamen-turnamen olah raga seperti cricket dan rugby dihentikan. Namun langkah sebaliknya diambil oleh Football Association (FA) yang ngotot ingin tetap melanjutkan Liga Inggris musim 1914/15. 

FA beralasan jika liga harus dihentikan di tengah jalanan, maka mereka yang menggantungkan hidupnya dari sepak bola bakal menderita kerugian ekonomi. Menariknya, pemerintah Inggris pada awalnya tidak mengecam tindakan FA. 

Mereka bahkan mencoba memanfaatkan sepak bola untuk menunjang keperluan perang mengingat olah raga ini merupakan salah satu olah raga paling populer di Inggris. Selebaran bertema wajib militer dibagi-bagikan kepada pemain dan penonton. Kemudian setiap kali babak pertama berakhir, akan ada yang berpidato di dalam stadion untuk membujuk penonton supaya mereka bersedia bergabung dalam militer.

Rencana tersebut tidak berjalan sesuai harapan karena hanya segelintir orang-orang Inggris yang bersedia bergabung dalam militer. Maka, media dan politikus pun kini berbalik menyerang sepak bola habis-habisan. Sahabat anehdidunia.com sepak bola dianggap sebagai hal yang membuang-buang waktu dan hanya akan mengganggu kinerja Inggris dalam perang.

Tokoh-tokoh terkenal Inggris juga tidak ketinggalan mengkritik sepak bola semasa masih berlangsungnya Perang Dunia I. Satu dari sekian banyak tokoh tersebut adalah Sir Arthur Conan Doyle, penulis dari cerita misteri populer Sherlock Holmes.

Bulan Desember 1914, Inggris bahkan mendirikan Batalion Pesepak Bola (Footballer Battalyon) sebagai cara untuk mengumpulkan para pesepak bola profesional dan mengakomodasi tenaga mereka dalam militer Inggris. Sebanyak ratusan pemain profesional dari berbagai penjuru Inggris diserap ke dalam batalion ini.

Lama kelamaan, popularitas sepak bola semakin lama semakin meredup. Jumlah penonton yang mengisi stadion semakin lama semakin berkurang. Karena melanjutkan turnamen dianggap tidak lagi menguntungkan, turnamen sepak bola profesional akhirnya benar-benar dihentikan pada bulan April 1915.

Meskipun turnamen profesional tidak lagi dimainkan hingga beberapa tahun berikutnya, sepak bola masih banyak dimainkan oleh orang-orang Inggris untuk mengisi kebosanan dan lari dari realita kekejaman perang.

Di dalam Inggris, pertandingan-pertandingan amatir masih terus berlangsung dan bahkan turut diikuti oleh kaum perempuan. Di luar Inggris, tentara Inggris bahkan sempat melakukan pertandingan persahabatan dengan Jerman pada bulan Desember 1914.

Saat Perang Dunia I akhirnya usai, banyak pesepak bola profesional yang gugur di medan perang atau mengalami trauma hebat. Meskipun begitu, sepak bola harus tetap berjalan. Pada tahun 1919, Liga Inggris akhirnya dimulai kembali.

Perang Dunia II

Perang Dunia II

Hanya berselang dua dekade setelah Liga Inggris dimulai kembali, Eropa lagi-lagi dilanda perang dan Inggris lagi-lagi ikut terkena imbasnya. Di tahun 1939, timbul Perang Dunia II setelah pasukan Jerman menginvasi Polandia. Tidak seperti Perang Dunia I, FA kali ini langsung mengambil tindakan tegas dengan menghentikan Liga Inggris musim 1939/40.

Dihentikannya Liga Inggris di musim tersebut sedikit banyak dipengaruhi oleh kondisi di medan perang yang jauh lebih membahayakan dibandingkan Perang Dunia I. Kian majunya teknologi penerbangan dan senjata jarak jauh menyebabkan Inggris senantiasa berada dalam ancaman.

Adanya kemungkinan serangan udara yang sewaktu-waktu bisa dilancarkan oleh Jerman menyebabkan pemerintah Inggris melarang acara-acara publik yang dihadiri massa berjumlah besar, termasuk pertandingan sepak bola profesional.

Meskipun begitu, sepak bola tidak benar-benar dilarang pada masa Perang Dunia II. Karena sepak bola dianggap membantu menjaga kesehatan fisik dan mental di tengah perang, klub-klub profesional Inggris tetap diperbolehkan bertanding melawan klub di daerahnya masing-masing. Sejumlah pertandingan tersebut bahkan turut diliput oleh BBC.

Namun keputusan ini ternyata tetap menuai kontroversi. Format dan jadwal turnamen berskala daerah dianggap terlalu membingungkan bagi klub-klub pesertanya. Penonton juga tidak menyukai konsep “pemain tamu” yang digunakan untuk turnamen ini.

Lewat konsep pemain tamu, masing-masing klub diperbolehkan menurunkan pemain dari luar jika pemain klub tersebut sedang berhalangan. Namun konsep ini tidak disukai oleh penonton karena seorang pemain bisa ikut serta dalam suatu pertandingan, namun tidak bermain lagi di pertandingan-pertandingan berikutnya.

Tanggal 2 September 1945, Perang Dunia II secara resmi dinyatakan berakhir. Turnamen Liga Inggris berskala nasional yang awalnya terbengkalai kini bisa dimulai kembali pada musim 1946/47.

Musim Dingin Ekstrim

Musim Dingin 1962

Sebagai negara 4 musim, musim dingin bukanlah fenomena yang asing bagi rakyat Inggris. Namun musim dingin yang terjadi pada tahun 1962 hingga 1963 dianggap sebagai musim dingin paling ekstrim yang pernah terjadi dalam sejarah modern Inggris. Saking ekstrimnya, musim dingin ini sampai dijuluki “Big Freeze” (Pembekuan Besar).

Sejak bulan Desember 1962 hingga bulan Maret 1963, Inggris diterpa oleh salju yang ketebalannya mencapai 6 meter. Sejumlah danau dan sungai juga membeku akibat suhu lingkungan yang mencapai -20o C.

Dampak dari musim dingin ini turut berimbas pada ranah sepak bola. Banyak pertandingan sepak bola di Britania yang terpaksa dibatalkan akibat lapangan yang tertutup salju tebal. Di Skotlandia misalnya, pertandingan Piala Skotlandia antara Airdrie dan Stranraer sempat diundur sebanyak 33 kali.

Di Inggris, babak ketiga Piala FA yang biasanya dimulai pada bulan Januari baru bisa digelar pada bulan Maret. Saat sepak bola di Inggris mengalami kelumpuhan, sejumlah klub memutuskan untuk pergi keluar Inggris hingga keadaan membaik.

Chelsea misalnya, klub asal ibukota London tersebut pergi ke Malta untuk berlatih. Klub lain semisal Coventry dan Manchester United mengungsi ke Irlandia dan menggelar pertandingan-pertandingan persahabatan di sana. 

Kondisi alam akhirnya mulai membaik pada bulan Maret sehingga turnamen-turnamen sepak bola profesional yang awalnya terhenti bisa kembali dilanjutkan. Sahabat anehdidunia.com di Divisi Pertama Liga Inggris, Everton berhasil keluar sebagai juara. Gelar tersebut sekaligus menjadi trofi pertama mereka seusai Perang Dunia II.

Di Piala FA, Manchester United berhasil keluar sebagai pemenang. Trofi ini terasa begitu spesial bagi punggawa Manchester United karena trofi ini adalah trofi pertama mereka pasca kecelakaan pesawat di Bandara Muenchen yang terjadi 5 tahun sebelumnya. Dalam kecelakaan tersebut, banyak pemain Manchester United yang tewas atau mengalami luka serius.

Sumber :
https://www.bbc.com/sport/football/52002473