Fakta Mencengangkan K2 Gunung Tertinggi Kedua di Dunia
K2 adalah nama dari gunung tertinggi kedua di dunia yang terletak di Pegunungan Himalaya. Dengan tinggi 8.611 meter, K2 sekaligus menjadi gunung tertinggi kedua di dunia sesudah Everest. Namun selain tingginya, ada banyak hal menarik dan bahkan cenderung menakutkan perihal gunung raksasa ini. Berikut ini adalah 4 fakta menarik mengenai K2.
Asal-Usul di Balik Nama Aneh K2
Tidak seperti gunung-gunung pada umumnya, K2 memiliki nama yang terkesan robotik sekaligus sederhana. Pemberian nama itu sendiri bermula ketika pada tahun 1856, tim pensurvei asal Inggris yang dipimpin oleh T.G. Montgomery melakukan survei di kawasan Pegunungan Himalaya.
Survei tersebut dilakukan dengan maksud mengetahui seperti apakah kondisi di perbatasan India dengan Cina, sekaligus untuk mengantisipasi kalau Kekaisaran Rusia melakukan perluasan wilayah ke sebelah selatan – ke wilayah India yang saat itu berstatus sebagai koloni Inggris.
Gunung ini diberi nama K2 karena gunung yang bersangkutan merupakan gunung tertinggi kedua di dataran tinggi Karakoram. Sekarang, K2 berada di wilayah sengketa Kashmir yang sedang berada di bawah pengelolaan Pakistan.
Saat Montgomery dan anak buahnya melakukan survei di kawasan Karakoram, mereka menamai masing-masing gunung dengan nama K beserta angka yang menandakan ketinggian dari masing-masing gunung (K1, K2, K3, dan seterusnya). Nama itu sendiri tidak dimaksudkan sebagai nama permanen dan hanya untuk keperluan pendataan semata.
Saat Montgomery dan anak buahnya pergi menemui penduduk lokal, mereka kemudian bertanya mengenai nama lokal masing-masing gunung. Sahabat anehdidunia.com saat mereka ingin mengetahui nama lokal dari K2, ternyata penduduk lokal memiliki nama yang berbeda-beda untuk menyebut Gunung K2. Mulai dari Gasherbrum hingga Kanjut Sar.
Beragamnya nama yang digunakan oleh penduduk sekitar untuk menyebut K2 tidak lepas dari fakta bahwa K2 memiliki lokasi yang terpencil. Desa terdekat saja jaraknya mencapai 75 mil. Sebagai jalan tengah, nama K2 lantas terus digunakan untuk menyebut gunung yang bersangkutan hingga sekarang.
K2 Lebih Sulit Didaki Dibandingkan Gunung Everest
Apa yang menarik dari K2 bukan sekedar namanya saja. Gunung tersebut juga dikenal sebagai salah satu gunung yang paling sulit didaki. Bahkan tingkat kesulitannya dianggap melebihi Gunung Everest yang notabene lebih tinggi dibandingkan K2.
Saking sulitnya melakukan pendakian untuk mencapai puncak K2, pendaki profesional asal AS yang bernama George Bell sampai mendeskripsikan K2 sebagai “gunung ganas yang senantiasa berusaha untuk membunuhmu”. Bell sendiri tidak bisa menyelesaikan pendakiannya di K2 setelah ia mengalami pembekuan pada kakinya dan harus dijemput.
Jika dibandingkan dengan Everest selaku gunung tertinggi di dunia, Everest masih lebih tinggi 200 meter dibandingkan K2. Namun K2 memiliki topografi yang jauh lebih sulit untuk didaki.
Everest memiliki topografi yang amat curam sebelum kemudian menjadi lebih landai sehingga perjalanan bisa dilanjutkan dengan berjalan kaki. Namun tidak demikian halnya dengan K2 yang bagian landainya jauh lebih sedikit dan lebih sulit diakses.
Kesulitan lain bagi orang-orang yang hendak mendaki K2 adalah gunung tersebut juga rentan mengalami longsor dan batu yang jatuh dari ketinggian. Jika itu masih belum cukup, K2 juga memiliki cuaca yang tidak bersahabat dan sulit diprediksi. Pada tahun-tahun tertentu, K2 sempat tidak didaki oleh manusia sama sekali akibat cuaca buruk.
Pendakian pertama untuk mencapai puncak K2 pertama kali dilakukan pada tahun 1902 oleh tim pendaki dari berbagai negara yang salah satu anggotanya adalah Alesteir Crowley. Dengan dibantu oleh rekannya yang bernama Oscar Eckenstein, keduanya melakukan pendakian tanpa ditemani oleh pemandu.
Pada awalnya mereka mengira kalau pendakian tersebut bakal berjalan mudah dan bisa diselesaikan hanya dalam kurun waktu beberapa hari. Namun mereka berdua pada akhirnya tidak pernah mencapai puncak akibat rangkaian insiden yang menimpa mereka di tengah-tengah pendakian.
Eckenstein diketahui sempat terserang infeksi saluran nafas. Sementara Crowley terserang malaria dan sempat mengalami halusinasi serta demam tinggi. Saking parahnya penyakit yang menimpanya, Crowley sempat mengacung-acungkan pistolnya ke arah anggota pendaki yang lain. Insiden yang menimpa mereka sekaligus menjadi contoh mengenai bagaimana sulitnya menaklukkan puncak K2.
K2 Merenggut Banyak Korban Jiwa
Sebagai akibat dari medannya yang sulit, sudah bisa diduga kalau bakal ada orang-orang yang bakal kehilangan nyawanya saat mencoba mencapai puncak K2. Rombongan pendaki pimpinan Fritz Wiessner adalah contoh dari kasus naas tersebut.
Pada tahun 1939 atau tepat sebelum meletusnya Perang Dunia II, Wiessner dan rekan-rekannya melakukan pendakian di K2. Namun pada akhirnya, ia gagal mencapai puncak setelah sejumlah rekannya yang menjaga tenda malah memilih untuk turun terlebih dahulu sambil membawa pergi perbekalan yang ada di tenda.
Jika itu masih belum cukup, salah seorang rekan Wiessner yang bernama Dudley Wolfie juga terjebak di ketinggian dan harus dibantu oleh rekan-rekannya yang lain supaya bisa turun. Wolfie pada akhirnya harus meregang nyawa di gunung K2. Selain Wolfie, sebanyak 3 orang Sherpa lainnya yang ikut serta dalam ekspedisi ini juga meninggal.
Begitu Wiessner kembali ke AS, ia langsung dihujani oleh aneka pertanyaan. Karena Wiessner juga memegang paspor Jerman dan kondisi politik dunia saat itu sedang panas akibat perang, orang-orang curiga kalau Wiessner sengaja membiarkan Wolfie dan 3 orang Sherpa di K2 meninggal akibat masalah sentimen kebangsaan.
Tahun 1954, untuk pertama kalinya manusia berhasil mencapai puncak K2. Namun dalam pendakian tersebut, salah seorang anggota rombongan yang bernama Mario Puchoz harus meninggal akibat terserang radang paru-paru.
Sukses menaklukkan puncak K2 harusnya bisa membawa kebahagiaan dan mempererat hubungan antar sesama anggota rombongan. Namun hal sebaliknya justru terjadi setelah mereka tiba kembali di bawah. Hingga beberapa tahun kemudian, para anggota rombongan terlibat aksi saling menyalahkan mengenai hal-hal yang terjadi selama pendakian.
Selain menyandang reputasi sebagai gunung yang amat sulit didaki, K2 juga mengandung semacam takhyul. Menurut takhyul ini, pendaki wanita yang berhasil mencapai puncak K2 tidak akan memiliki umur panjang. Seolah-olah gunung ini memiliki semacam kutukan bagi para pendaki wanita.
Wanda Rutkiewicz adalah wanita pertama yang berhasil mencapai puncak K2. Namun hanya berselang 6 tahun sesudah berhasil mencatatkan namanya di buku sejarah, Rutkiewicz meninggal saat sedang melakukan pendakian di Gunung Kanchenjunga, gunung lain yang juga berlokasi di Himalaya.
Liliane Barrard adalah pendaki wanita lain yang turut menjadi korban “kutukan” K2. Setelah berhasil mencapai puncak K2 di tahun 1986, Barrard dan suaminya Maurice harus meninggal saat sedang dalam perjalanan menuruni gunung. Kasus serupa juga dialami oleh pendaki Julie Tullis yang meninggal saat sedang dalam perjalanan turun dari puncak K2.
Tidak semua pendaki wanita langsung mengalami nasib naas seusai menaklukkan puncak K2. Edurne Pasaban adalah satu dari sedikit pendaki wanita yang tetap selamat usai mencapai puncak K2. Pasaban bahkan kemudian sempat melakukan pendakian ke gunung-gunung tinggi lainnya, sekaligus menjadi wanita pertama yang berhasil menaklukkan puncak semua gunung dengan ketinggian 8.000 meter lebih.
Sumber :
https://sweclimber.wordpress.com/climbing/stories/k2/
https://www.nationalgeographic.com/news/2015/12/151213-k2-adventure-mountain-climb-china-pakistan-disaster-ngbooktalk/
https://www.pinterest.com/pin/859976491317829275/
https://www.nationalgeographic.com/news/2015/12/151213-k2-adventure-mountain-climb-china-pakistan-disaster-ngbooktalk/