Catatan Menakutkan Kesalahan Medis Di Rumah Sakit
Bagi banyak orang, pergi ke rumah sakit berarti mengharapkan agar masalah kesehatannya teratasi dan ia bisa memiliki umur yang lebih panjang. Namun karena dokter sendiri pada dasarnya adalah manusia, selalu ada kemungkinan kalau mereka tanpa sengaja melakukan kesalahan yang dampak negatifnya harus dirasakan langsungoleh pasien. Berikut ini adalah 5 peristiwa menakutkan yang terjadi akibat kesalahan dalam menangani pasien.
Dicangkok dengan Ginjal Berisi Cacing
Pada tahun 2014, seorang pria berusia 34 tahun asal Inggris meninggal akibat terserang meningitis (semacam penyakit yang menyerang otak). Karena semasa hidupnya ia gemar meminum minuman keras, organ tubuhnya seharusnya tidak boleh didonorkan.
Sementara itu, Robert Stuart dan Darren Hughes sama-sama masuk ke rumah sakit dan harus menerima cangkok ginjal. Satu-satunya organ ginjal yang tersedia adalah organ ginjal milik pria korban meningitis tadi. Namun baik Robert maupun Darren sama-sama bersedia menerima organ cangkok ginjal tadi dan menerima resikonya.
Setelah keduanya menerima cangkok ginjal, keduanya meninggal tak lama berselang. Belakangan diketahui kalau ginjal yang mereka terima ternyata mengandung cacing parasit Halicephalobus gingivalis yang normalnya hanya ditemukan pada kuda.
Keluarga Robert dan Darren lantas mengajukan tuntutan kepada pihak rumah sakit karena mereka tidak menerima informasi memadai mengenai resiko dari transplantasi atau cangkok organ. Alasan lain kenapa mereka mengajukan tuntutan adalah karena ginjal yang hendak dicangkokkan tidak diperiksa secara memadai sehingga cacing parasit yang ada di dalamnya bisa luput dari pantauan.
Overdosis Antibiotik
Pablo Garcia adalah seorang pemuda berusia 16 tahun yang dilarikan ke rumah sakit supaya polip yang tumbuh di dalam ususnya bisa diamati. Namun peristiwa yang seharusnya berjalan sebagai pemeriksaan rutin yang tidak berbahaya tersebut kemudian berubah menjadi tragedi yang nyaris saja merenggut nyawa manusia.
Pablo memiliki kelainan langka bernama sindrom defisiensi NEMO yang membuatnya amat mudah terkena radang dan infeksi pada saluran pencernaannya. Karena Pablo amat mudah mengalami infeksi, Pablo pun harus sering-sering mengkonsumsi antibiotik Septra. Saat sedang menjalani pemeriksaan tadi, Pablo juga menerima antibiotik.
Untuk memudahkan penarakan obat-obatan, rumah sakit tempat Pablo diperiksa menggunakan program khusus yang bernama Epic EHR. Program tersebut memiliki sistem penghitungan otomatis yang memperkirakan berapa miligram obat yang harus diterima oleh pasien berdasarkan berat badannya.
Dalam kondisi biasa, Epic EHR disetel dalam satuan miligram. Namun saat Pablo hendak menerima obatnya, program tersebut ternyata baru saja dinyalakan ulang dan sistem penghitungnya sekarang tersetel pada satuan miligram per kilogram. Akibatnya, jumlah dosis yang ditampilkan oleh komputer menjadi jauh lebih banyak dibandingkan dengan dosis obat yang biasa diterima oleh Pablo.
Namun bukannya merasa curiga, perawat yang menangani Pablo lebih memilih untuk mempercayai hasil yang ditampilkan oleh komputer. Ia kemudian memberikan hampir 40 butir pil kepada Pablo. Akibatnya, Pablo langsung mengalami kejang-kejang hebat dan nyaris saja meninggal jika tidak ditolong dengan cepat.
Dioperasi di Sisi yang Salah
Kendati teknologi medis sudah berkembang sedemikian maju, tetap tidak sedikit orang-orang yang merasa takut saat harus menjalani operasi. Kasus yang menimpa Regina Turner ini bisa menjadi salah satu alasan mengapa operasi masih menjadi momok bagi sejumlah orang.
Regina adalah wanita yang kerap terserang gejala stroke sehingga ia kerap mengalami gangguan berbicara. Untuk mengatasinya, Regina pun kemudian diminta menjalani operasi bypass craniotomy sisi kiri. Namun ternyata dokter melakukan operasi di sisi kanan sehingga kondisi kesehatannya mengalami penurunan drastis sesudah dioperasi.
Merasa tidak terima dengan hal tersebut, Regina pun kemudian menuntut pihak rumah sakit. Sebelum ia menjalani operasi, ia pada awalnya bisa melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri. Namun pasca menjalani operasi, Regina kini memerlukan bantuan orang lain untuk sekedar memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
Kesalahan operasi pada Regina terjadi tepat ia setelah menjalani operasinya. Sesudah itu, dokter langsung bergegas melakukan prosedur operasi yang tepat. Namun nasi sudah menjadi bubur. Kesalahan operasi yang terjadi menyebabkan adanya gangguan pada sistem syaraf Regina sehingga ia sesudah itu tidak bisa lagi melakukan aktivitas sehari-harinya secara normal.
Menerima Transfusi Darah yang Salah
Setiap orang memiliki golongan darah yang berbeda-beda. Jika seseorang sampai menerima golongan darah yang salah, maka orang tersebut bisa meninggal karena darahnya menggumpal di dalam tubuhnya. Oleh karena itulah, saat seseorang menjalani perawatan intensif di rumah sakit, pihak rumah sakit harus mengetahui golongan darah pasiennya supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Rodney English adalah seorang pria berusia 34 tahun yang kerap keluar masuk rumah sakit karena memiliki kelainan spina bifida yang menyerang tulang belakangnya. Suatu hari, ia harus menjalani operasi untuk mengatasi infeksi yang dialaminya. Sesudah menjalani prosedur operasi, Rodney kemudian menerima transfusi darah.
Pada awalnya kondisi Rodney nampaknya baik-baik saja. Namun sesudah itu, kondisi Rodney secara tiba-tiba menurun sebelum kemudian ia meninggal dunia. Menurut pernyataan resmi pihak rumah sakit, Rodney meninggal akibat anemia.
Beberapa tahun berlalu, investigasi yang dilakukan oleh kantor berita CBS di tahun 2004 mengungkap fakta yang mengejutkan. Rodney mungkin meninggal akibat menerima darah dari golongan yang tidak sesuai.
Menurut hasil investigasi CBS, darah yang digunakan untuk transfusi Rodney berasal dari suatu fasilitas milik lembaga Palang Merah di Atlanta, AS. Fasilitas tersebut diketahui sudah lama bermasalah karena pernah tercatat melakukan 25 pelanggaran berbeda oleh lembaga FDA. Kemudian pada periode yang bersamaan dengan meninggalnya Rodney, fasilitas tersebutmenerima hukuman denda dari FDA.
Pihak rumah sakit tempat Rodney meninggal sendiri ternyata tahu kalau Rodney meninggal bukan semata-mata akibat anemia. Namun mereka berdalih kalau mereka merahasiakan penyebab asli kematian Rodney karena mereka ingin mendapatkan informasi yang lengkap terlebih dahulu.
Dioperasi oleh Pecandu Narkotik
Jika seseorang sedang menjalani operasi, maka bisa dibilang bahwa hidup mati orang tersebut berada di tangan dokter yang melakukan operasi. Oleh karena itulah, seseorang yang dipercaya melakukan operasi sudah seharusnya merupakan orang yang benar-benar mahir dan paham akan tingkat keseriusan pekerjaannya.
Barry Morguloff adalah seorang pria yang awalnya pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan masalah sakit punggung yang dialaminya. Dokter Christopher Duntsch kemudian diminta oleh pihak rumah sakit untuk mengoperasi tulang punggung Barry.
Saat Barry sudah selesai menjalani operasi, sakit punggung yang dialaminya tidak menghilang, tetapi justru malah semakin memburuk. Rasa sakit yang dialaminya tidak kunjung menghilang kendati ia juga sudah menerima obat penghilang rasa sakit (painkiller) selama 6 bulan lamanya.
Saat dokter lain melakukan pembedahan pada Barry, barulah diketahui kalau ada potongan tulang yang tertinggal pada jaringan syaraf Barry dan perangkat keras yang ada pada tulang punggung Barry tidak terpasang sebagaimana mestinya.
Belakangan diketahui kalau Christopher memiliki kebiasaan mengkonsumsi vodka dan serbuk putih nakoba saat pada jam kerjanya. Selama bertugas di rumah sakit, Christoper juga sempat 5 kali mangkir saat harus menjalani tes narkoba rutin. Namun pihak rumah sakit memilih untuk mengabaikan hal tersebut karena mereka sudah mengeluarkan uang hingga 600 ribu dollar supaya Christopher mau bekerja di tempat mereka.
Sumber :
https://listverse.com/2016/01/30/10-nightmarish-stories-about-terrifying-medical-errors/
https://www.cbsnews.com/news/bad-blood-transfusion/