Kasus Gangguan Pendengaran Langka yang Benar-Benar Pernah Terjadi
Suara merupakan hal yang tidak terpisahkan bagi kehidupan sehari-hari manusia. Pasalnya dengan suara, manusia bisa berkomunikasi satu sama lain. Suara-suara tertentu semisal lagu juga memberikan rasa nyaman tersendiri bagi orang yang mendengarkannya. Oleh karena itulah, ketika seseorang menderita gangguan pendengaran, maka kehidupannya jadi terasa tidak nyaman. Berikut ini adalah 4 contoh kasus gangguan pendengaran paling aneh yang pernah ditemukan di dunia kedokteran :
Tidak Bisa Mendengar Suara Pria
Suatu hari saat baru saja bangun di pagi hari, Chen merasakan keanehan pada dirinya. Saat pacar Chen menyapanya, wanita asal Cina tersebut merasa kebingungan karena mendadak ia tidak bisa lagi mendengar suara kekasihnya. Merasa khawatir akan kondisi yang tengah dialami dirinya, Chen pun memutuskan untuk memeriksakan diri ke rumah sakit setempat.
Di hadapan dokter Lin Xiaoqing yang juga berjenis kelamin perempuan, Chen menceritakan bagaimana ia tidak bisa lagi mendengar suara kekasihnya. Chen juga mengaku kalau tepat di hari sebelum ia kehilangan pendengarannya, ia merasakan adanya suara-suara bising di telinganya.
Yang membuat kasus gangguan pendengaran Chen ini begitu menarik adalah Chen tidak mengalami masalah saat mendengar suara dokter Xiaoqing. Namun saat Chen diminta mendengarkan suara dari pasien pria yang berada tidak jauh darinya, Chen sama sekali tidak bisa mendengar suara pasien pria tersebut.
Dokter Xiaoqing lantas berkesimpulan kalau Chen menderita reverse-slope hearing loss (RHSL), suatu gangguan pendengaran langka di mana penderitanya tidak bisa mendengar suara berfrekuensi rendah semisal suara pria. Sahabat anehdidunia.com untuk mengetahui kenapa RHSL bisa timbul, maka mula-mula kita harus memahami cara kerja sistem pendengaran manusia itu sendiri.
Pada saluran pendengaran manusia, terdapat organ berbentuk rumah siput yang bernama koklea. Di dalam koklea, terdapat ribuan helai rambut halus yang bertugas untuk menyalurkan suara berfrekuensi rendah semisal suara bernada bass. Jika ada suara yang masuk, rambut-rambut tersebut akan bergetar sehingga otak kemudian bisa mengetahui suara yang masuk dan mengenali karakteristik suaranya.
Ketika rambut-rambut halus tadi berubah menjadi kaku atau bahkan rontok, orang yang bersangkutan tidak bisa lagi mendengar suara secara normal karena tidak ada yang menghantarkan suara di dalam rongga telinga.
Walaupun kasus RSHL mungkin terdengar lucu atau bahkan menyenangkan bagi mereka yang punya masalah dengan pria, kasus RSHL tetap tidak bisa dipandang remeh karena bisa jadi gangguan pendengarannya kelak bakal berkembang menjadi kasus yang lebih parah. Oleh karena itulah, mereka yang mengalami gangguan pendengaran sebagian disarankan untuk langsung memeriksakan diri ke pakar THT.
Kembali ke soal Chen. Setelah dokter Xiaoqing memeriksanya, ia menyimpulkan kalau Chen mengalami RSHL akibat terlalu lelah bekerja dan kurang tidur. Ia lantas memberi saran kepada Chen supaya lebih sering beristirahat agar gangguan pendengaran yang menimpanya berangsur-angsur menghilang dengan sendirinya.
Merasa Gelisah Setiap Kali Mendengar Suara Pelan
Bagi kebanyakan orang, mendengar suara-suara kecil saat kita sedang berkonsentrasi merupakan hal yang menyebalkan. Namun bagi sebagian kecil orang, gangguan yang ditimbulkan oleh suara kecil bisa menimbulkan dampak yang lebih parah hingga orang yang bersangkutan merasa gelisah dan tidak bisa mengendalikan dirinya lagi.
Di dunia sains, fenomena tersebut dikenal dengan istilah misofonia (misophonia). Setiap kali seorang penderita misofonia mendengar suara-suara kecil semisal mengetik, mengunyah, atau bahkan menghembuskan nafas, denyut jantung orang tersebut akan meningkat secara tiba-tiba seolah-olah ada sesuatu yang sedang mengancam nyawanya.
Margot Noel adalah contoh dari orang yang menderita misofonia. Ia mengaku setiap kali mendengar suara-suara kecil semisal suara orang mengetik atau suara klik pada pulpen, dirinya bakal langsung merasa begitu panik dan gelisah. “Rasanya seperti ada orang yang memiliki pistol dan menodongkannya pada saya,” katanya kepada BBC.
Margot yang sekarang sudah berusia hampir 30 tahun mengaku kalau ia sudah mengalami misofonia pada usia 6 tahun. Sahabat anehdidunia.com di usia tersebut, ia mengaku selalu merasa sebal setiap kali adik laki-lakinya membuat bunyi dengan lidahnya. Sampai-sampai ia sering bertengkar dengan adiknya dan harus dilerai oleh ibunya. Untungnya sekarang adik Margot sekarang sudah jauh lebih pengertian dan tidak pernah lagi menjahili kakaknya.
Kendati misofonia sudah diketahui di dunia kedokteran, pengetahuan manusia mengenai misofonia ternyata masih sangat terbatas sebagai akibat dari minimnya penelitian yang dilakukan terhadap kelainan ini. Ilmuwan menduga kalau misofonia mungkin tercipta karena otak orang-orang yang mengalami misofonia memproses suara dengan cara yang sedikit berbeda.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Damiaan Denys dan rekan-rekannya, mereka menemukan kalau setiap kali penderita misofonia mendengar suara-suara tertentu, otak mereka akan memunculkan peningkatan aktivitas pada area-area tertentu dan memberikan perintah otomatis kepada tubuh supaya bersikap waspada.
Tidak ada metode baku yang bisa digunakan untuk mendeteksi ataupun menyembuhkan misofonia. Untuk sekarang, cara yang paling lazim digunakan oleh para terapis untuk membantu penderita misofonia adalah dengan meminta mereka mengendalikan emosinya dan mengalihkan perhatian mereka kepada hal-hal lain supaya mereka tidak lagi merasa terganggu dengan suara-suara kecil tadi.
Sakit Telinga Akibat Penyakit di Pencernaan
Seorang bocah berusia 10 tahun asal Karolina Utara, AS, menjalani pemeriksaan dari klinik ke klinik akibat menderita gangguan pendengaran dan sakit di rongga telinga yang sudah berlangsung selama bertahun-tahun. Para dokter yang memeriksanya memberikan beraneka macam obat seperti obat tetes dan antibiotik. Namun semuanya gagal meringankan penderitaan bocah tersebut.
Hingga akhirnya bocah tersebut kemudian memeriksakan diri kepada dokter Eileen Raynor. Saat diperiksa, telinga bocah tersebut nampak berada dalam kondisi merah dan menyempit akibat peradangan. Saking parahnya penyempitan yang dialami, Raynor sampai tidak bisa melihat gendang telinga bocah ini.
Raynor dan rekan-rekannya kemudian melakukan pembiusan pada bocah tadi supaya mereka bisa melakukan biopsi atau pengambilan jaringan tubuh untuk diperiksa. Seusai dilakukan biopsi, barulah diketahui kalau penyebab penyakit yang menimpa bocah ini sebenarnya bukan pada telinganya, melainkan pada saluran pencernaannya.
Bocah ini didiagnosis menderita penyakit Crohn, semacam radang pada saluran pencernaan. Penyakit ini memang diketahui bisa menyebabkan efek samping yang terasa hingga di luar saluran pencernaan seperti gangguan pada kulit, mata, dan sariawan. Namun sebelum pemeriksaan dilakukan pada bocah ini, kalangan medis belum pernah menjumpai adanya efek samping penyakit Chrohn pada telinga.
Setelah berhasil mengetahui kalau bocah ini terkena penyakit Chrohn, pengobatan pun dilakukan untuk menyembuhkan penyakit yang menjangkiti saluran pencernaannya. Hasilnya, indra pendengaran bocah ini secara berangsur-angsur membaik dan ia tidak lagi merasakan sakit pada telinganya.
Ada Tamu Tak Diundang di Dalam Telinga
Seorang bocah berusia 9 tahun asal Connectitut, AS, memeriksakan diri ke dokter akibat mengalami gangguan pendengaran. Bocah tersebut mengaku kalau ia kerap mendengar suara dengungan di telinga kanannya, namun anehnya ia tidak mendengar suara serupa di telinga kirinya. Ia juga mengaku tidak merasakan sakit pada telinganya.
Dokter pun kemudian melakukan pengamatan pada bagian dalam rongga telinganya. Penyebab mengenai suara dengungan aneh yang dialami oleh bocah tersebut langsung terjawab. Ada seekor kutu yang bersarang di dalam telinganya. Kutu tersebut diduga juga menghisap darah di dalam rongga telinga sang bocah karena dokter melihat ada peradangan di rongga telinga sekitar kutu tadi.
Dokter David Kasle yang ikut menangani bocah ini menduga kalau suara dengungan yang dialami oleh bocah ini disebabkan oleh kutu yang merayap di dalam saluran telinganya. Saat kutu tersebut bergerak semakin dekat ke gendang telinga, suara yang terdengar oleh bocah itupun terdengar semakin keras.
Kutu itu sendiri diketahui sudah berada dalam kondisi mati saat ditemukan oleh dokter. Namun upaya untuk mengeluarkan kutu tersebut tidak berlangsung mudah. Selain karena rongga telinga pada dasarnya memang berukuran kecil, mulut kutu tersebut berada dalam kondisi menancap pada rongga telinga sang bocah.
Untuk mengatasinya, dokter pun kemudian memberikan obat bius kepada bocah tadi sebelum kemudian memasukkan alat kecil mirip pengait ke dalam rongga telinganya untuk mengambil bangkai kutu tadi. Saat dilihat, kutu tersebut teridentifikasi sebagai kutu anjing (Dermacentor variabilis).
Kutu ini diperkirakan masuk ke dalam rongga telinga bocah tadi secara tidak sengaja dan akhirnya mati di dalam. Setelah kutunya berhasil dikeluarkan, dokter kemudian memberikan antibiotik dalam bentuk obat tetes supaya telinga bocah tadi tidak terserang infeksi.
referensi :
https://www.livescience.com/64478-reverse-slope-hearing-loss.html
https://www.livescience.com/65669-what-is-misophonia.html
https://www.livescience.com/46879-crohns-disease-ear-pain.html
https://www.livescience.com/65379-tick-on-boys-eardrum.html
https://www.bbc.com/news/stories-46193709