Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Fakta Arsenik, Senyawa Kimia Penyandang Rajanya Para Racun

Banyak jalan menuju Roma. Banyak pula jalan yang bisa digunakan untuk mengakhiri nyawa manusia. Dari sekian banyak metode pembunuhan yang pernah digunakan oleh manusia, salah satu yang cukup sering digunakan pada masa lampau adalah dengan memakai racun arsenik. Berikut adalah fakta menarik terkait arsenik, senyawa yang pernah menyandang julukan sebagai “rajanya para racun” : 

Arsenik Nyaris Tidak Meninggalkan Jejak Saat Dicampurkan

racun arsenik

Apa yang membuat arsenik begitu efektif sebagai racun adalah karena senyawa ini begitu mudah disamarkan. Saat dicampurkan dengan makanan atau minuman, seseorang yang meminumnya tidak akan merasa curiga karena arsenik tidak memiliki bau, warna, ataupun rasa. Senyawa arsenik dengan dosis sebesar biji kacang polong dilaporkan sudah cukup untuk mencabut nyawa korbannya. 

Ketika korbannya tewas usai menelan arsenik, orang-orang tidak akan tahu kalau sang korban baru saja menenggak arsenik karena orang yang keracunan arsenik seringkali menunjukkan gejala-gejala yang serupa dengan keracunan makanan biasa, misalnya sakit perut dan muntah-muntah. Dengan melihat hal-hal tersebut, tidak mengherankan jika kemudian arsenik banyak digunakan sebagai racun pembunuh.

Arsenik Sudah Digunakan sebagai Racun Selama Ribuan Tahun

buku racun arsenik
buku langka yang mengulas racun arsenik via the vintage news
Arsenik sebagai senyawa kimia baru mulai diketahui oleh ilmuwan pada abad ke-17. Namun manusia sendiri sudah mengetahui keberadaan arsenik dan bahkan menggunakannya sebagai racun sejak masa Romawi Kuno, tepatnya pada abad pertama sesudah Masehi oleh ilmuwan Dioscorides. Sementara wujud mineral arsenik sudah diketahui oleh manusia sejak abad ke-4 SM.

Begitu keberadaannya mulai diketahui, mulai banyak orang yang menggunakan arsenik untuk meracuni orang-orang yang tidak disukainya. Pasalnya selain karena kasus keracunan arsenik sulit dideteksi, senyawa ini dapat ditemukan dengan mudah dari logam perak dan antimoni. 

Saking banyaknya kasus percobaan pembunuhan memakai arsenik yang terbongkat pada masa menjelang pergantian Masehi, pemerintah Romawi Kuno terpaksa mengeluarkan peraturan baru bernama Lex Cornelia pada tahun 82 SM supaya tidak ada lagi yang berani melakukan percobaan pembunuhan memakai racun. 

Keluarga Bangsawan Ini Kerap Menggunakan Arsenik dalam Modusnya

Keluarga Borgia

Borgia atau Borja adalah nama dari keluarga bangsawan asal Spanyol yang banyak terlibat dalam aktivitas perpolitikan Eropa – khususnya Italia – pada Abad Pertengahan. Sahabat anehdidunia.com selain terkenal kaya raya dan pernah menempatkan beberapa anggota keluarganya sebagai Paus, keluarga Borgia juga terkenal karena mereka kerap menggunakan arsenik untuk kepentingan kelompoknya sendiri.

Menurut cerita, keluarga Borgia meracuni korbannya dengan cara mengajak mereka ikut dalam jamuan makan dan menghidangkan anggur yang sudah dicampur dengan arsenik. Karena arsenik yang dicampurkan dosisnya kecil, maka korban-korban keluarga Borgia tidak akan langsung tewas di tempat. 

Namun karena mereka mengkonsumsinya secara terus menerus, kondisi kesehatan mereka secara perlahan akan menurun hingga akhirnya meninggal. Sesudah wafat, harta benda milik korban kemudian diambil alih oleh keluarga Borgia. Kabar kalau keluarga Borgia kerap menggunakan racun untuk kepentingannya begitu terkenal, sampai-sampai di Eropa muncul istilah “hadiah dari Borgia” untuk menyebut pemberian dengan maksud terselubung di baliknya.

Ada Kosmetik yang Dicampur dengan Arsenik

Kecantikan memakai Arsenik

Karena arsenik tidak menunjukkan jejak yang bisa dideteksi oleh panca indra manusia, arsenik pun bisa disamarkan dengan mudah. Kelebihan arsenik tersebut lantas dimanfaatkan oleh orang-orang dengan niat tidak baik untuk kepentingannya. Seorang wanita bernama Toffana diketahui mengembangkan kosmetik yang sudah dicampur dengan arsenik, lengkap dengan panduan mengenai cara penggunaannya.

Toffana bukanlah satu-satunya wanita yang menggunakan arsenik dalam kosemtik sebagai senjata rahasianya. Hieronyma Spara diketahui sempat menciptakan panduan khusus mengenai cara menggunakan arsenik untuk kaum wanita supaya mereka bisa meninggal sebagai janda yang hidup makmur. 

Ada Orang-Orang yang “Kebal” Arsenik

kebal racun arsenik

Walaupun beracun, ternyata ada orang-orang yang mengkonsumsi arsenik secara sengaja. Di Pegunungan Styria, Austria, penduduk setempat diketahui mengkonsumsi arsenik 2 kali seminggu sebagai cara untuk menjaga kebugaran mereka. Sahabat anehdidunia.com melihat hal tersebut, orang-orang yang tinggal di luar Styria dikabarkan mulai ikut mengkonsumsi arsenik dalam jumlah kecil supaya mereka menjadi lebih kebal terhadap upaya pembunuhan yang dilakukan oleh lawan-lawannya.

Arsenik sendiri dalam dosis yang tidak fatal memang tidak akan membunuh korbannya. Namun bagi mereka yang tidak terbiasa, meminum arsenik tetap bisa membuat peminumnya menderita gejala-gejala seperti pusing, lemas, dan sulit berpikir. 

Bukan hanya manusia yang memiliki ketahanan hingga dosis tertentu terhadap arsenik. Berdasarkan percobaan yang dilakukan oleh ilmuwan pada hewan-hewan di labortorium, hewan yang menerima asupan arsenik dalam jumlah yang tidak fatal diketahui tidak akan mati. Namun masih belum diketahui bagaimana proses detailnya sehingga hewan-hewan tersebut bisa menoleransi asupan arsenik dalam tubuhnya.

Arsenik Mulai Jarang Digunakan Saat Metode Identifikasinya Ditemukan

James Marsh

Sudah disinggung sebelumnya kalau alasan utama mengapa arsenik begitu banyak digunakan sebagai racun adalah karena senyawa ini tidak bisa dideteksi oleh panca indra manusia. Namun seiring perkembangan zaman, manusia akhirnya berhasil menemukan cara untuk mendeteksi senyawa arsenik yang mengendap dalam tubuh manusia.

Orang yang berjasa atas terobosan tersebut adalah James Marsh, seorang ahli kimia asal Inggris. Pada tahun 1836, ia berhasil menciptakan metode khusus untuk mendeteksi keberadaan arsenik. Sejak ditemukannya metode tersebut, kini orang-orang tidak bisa lagi leluasa melakukan pembuhan memakai arsenik karena begitu jasad korbannya diperiksa, kini pihak berwajib bisa memastikan apakah korbannya tewas akibat arsenik atau tidak.

Meskipun penggunaan arsenik sejak itu mulai menurun, arsenik tidak lantas benar-benar ditinggalkan sama sekali. Pasalnya dengan pemilihan modus yang tepat, seseorang tetap bisa membunuh sasarannya memakai arsenik sambil menyembunyikan keterlibatannya. Dan di saat arsenik mulai jarang digunakan dalam pembunuhan rahasia, manusia mulai menemukan manfaat penggunaan arsenik di bidang lain.

Arsenik Pernah Digunakan sebagai Obat

Salvarsan

Obat-obat berbahan arsenik sempat banyak diproduksi hingga permulaan abad ke-20 karena dianggap berguna dalam menghambat perkembangan bakteri serta parasit penyebab penyakit. Satu dari sekian banyak metode pengobatan memakai arsenik dikenal dengan istilah “Solusi Fowler”. 

Dalam perkembangannya, Solusi Fowler banyak digunakan untuk menyembuhkan penyakit luar semisal radang kulit psoriasis. Namun karena Solusi Fowler dianggap terlalu beresiko dan tingkat mujarabnya sulit diprediksi, penggunaan Solusi Fowler secara berangsur-angsur ditinggalkan dan digantikan oleh antibiotik. 

Selain Solusi Fowler, obat lain yang juga menggunakan arsenik sebagai bahan bakunya adalah Salvarsan. Sahabat anehdidunia.com Salvarsan merupakan obat sifilis yang diciptakan oleh pakar obat asal Jerman, Paul Ahrlich, pada permulaan abad ke-20. Namun seperti halnya Solusi Fowler, Salvarsan tidak digunakan dalam jangka waktu lama menyusul ditemukannya antibiotik penisilin yang resikonya lebih rendah bagi tubuh manusia.

Obat Penawar Arsenik Baru Ditemukan Sesudah Perang Dunia II

dimercaprol Penawar arsenik

Saat Perang Dunia II masih berlangsung, pihak intelijen Sekutu berhasil mendapatkan informasi kalau Jerman tengah mengembangkan senjata gas beracun dan berbahan arsenik yang bernama Lewisite. Begitu mengetahui informasi tersebut, Inggris kemudian melakukan penelitian intensif untuk menemukan penawarnya. Senyawa penawar ini kemudian dikenal dengan nama dimercaprol.

Ketika Perang Dunia II berakhir dengan kekalahan Jerman dan sekutunya, penelitian mengenai dimercaprol tetap dilanjutkan. Hasilnya, senyawa ini berhasil disempurnakan sebagai obat penawar untuk mengobati kasus keracunan arsenik serta racun logam lainnya semisal merkuri. Dimercaprol sendiri bekerja dengan cara mengikat senyawa arsenik dan kemudian membawanya keluar tubuh melalui air kencing.

Kredit Referensi:
https://www.dartmouth.edu/~toxmetal/arsenic/history.html