Mengenal Tsuchinoko, Monster Ular Berekor Tikus dari Jepang
Jepang di masa kini identik dengan segala hal yang berbau canggih dan futuristik. Namun di balik semua gemerlap teknologi tersebut, Jepang juga memiliki kisahnya sendiri soal hal-hal yang berbau misteri. Sebagai akibat dari kondisi geografis Jepang yang penuh dengan hutan dan pegunungan, masih banyak tempat di kawasan pelosok Jepang yang belum tersentuh kemajuan teknologi akibat aksesnya yang sulit.
Konsekuensi dari hal tersebut adalah masih adanya kepercayaan kalau ada makhluk misterius atau cryptid yang menghuni Jepang. Sahabat anehdidunia.com dari sekian banyak cryptid yang dilaporkan muncul di Jepang, Tsuchinoko adalah salah satu yang paling terkenal.
Selain dengan nama Tsuchinoko, masing-masing daerah di Jepang juga memiliki nama lokalnya sendiri-sendiri untuk memanggil makhluk tersebut. Di Pulau Honshu sebelah utara, mereka dikenal dengan nama Nozuchi dan Bachi-Hebi. Kalau di Osaka, warga lokal menyebutnya dengan nama Tsuchi-Hebi.
Jadi, apakah Tsuchinoko itu sebenarnya? Menurut cerita setempat, Tsuchinoko hanya ditemukan di kawasan hutan yang terpencil di Pulau Honshu, Shikoku, Kyushu, serta Semenanjung Korea. Makhluk ini dilaporkan memiliki bentuk menyerupai ular, namun dengan tubuh bagian tengah yang terlihat membengkak dan ekor yang kecil layaknya ekor tikus.
Tsuchinoko juga dilaporkan bisa menyemburkan racun yang bersifat korosif layaknya air keras. Namun Tsuchinoko secara umum digambarkan memiliki perilaku yang kalem dan tidak akan menyerang jika tidak diganggu terlebih dahulu. Ciri khas lain yang aneh dari Tsuchinoko adalah makhluk ini memancarkan bau yang aneh layaknya bau bunga pohon kastanye (sejenis kacang-kacangan).
Jika Tsuchinoko digambarkan memiliki bentuk yang aneh, maka cara bergeraknya juga diceritakan tidak kalah aneh. Ada beberapa metode yang digunakan oleh Tsuchinoko saat hendak berpindah tempat. Sahabat anehdidunia.com metode pertama adalah dengan merayap pelan ke depan layaknya ular. Bedanya adalah jika ular bergerak sambil melenggak lenggokkan badannya ke samping, maka Tsuchinoko melenggak lenggokkan tubuhnya ke atas dan ke bawah.
Cara lain yang digunakan oleh Tsuchinoko adalah dengan diam sejenak dan kemudian melompat secara tiba-tiba. Namun semua itu masih belum seberapa jika dibandingkan dengan yang satu ini. Tsuchinoko digambarkan bisa bergerak dengan cara menggigit ujung ekornya sendiri, lalu kemudian menggelinding ke depan bak roda. Selain mahir bergerak di darat, Tsuchinoko juga lihai berenang dan menyukai tempat yang dekat dengan air.
Jika ular seperti yang kita tahu hanya bisa menghasilkan suara mendesis, maka Tsuchinoko diceritakan memiliki suara yang jauh lebih bervariasi. Makhluk ini diceritakan bisa menghasilkan suara mendesis, mendengkur, melenguh, berciap, dan bahkan berkomunikasi memakai bahasa manusia.
Menurut legenda sendiri, Tsuchinoko adalah makhluk yang gaduh dan gemar menceritakan kebohongan. Jika seseorang berpapasan dengan Tsuchinoko, satu-satunya cara untuk mendiamkan makhluk tersebut adalah dengan memberikan minuman keras semisal sake. Pasalnya menurut cerita, Tsuchinoko adalah makhluk yang sangat menggemari sake.
Informasi mengenai Tsuchinoko sudah ada sejak berabad-abad yang lampau. Sejumlah guci purba yang ditemukan di Jepang dilaporkan memiliki motif gambar Tsuchinoko di permukaannya. Lalu dalam literatur berjudul Kojiki yang dibuat pada tahun 712, nama Tsuchinoko turut disebutkan di dalamnya.
Berlanjut di era modern, muncul beragam laporan dari mereka yang mengaku pernah melihat langsung Tsuchinoko. Daerah Mikata di Prefektur Hyougo menjadi lokasi di mana laporan kesaksian makhluk ini paling sering muncul di era modern. Sahabat anehdidunia.com pada bulan Juni 1994 contohnya, Kazuaki Noda (73 tahun) sedang sibuk memotong rumput bersama dengan istrinya saat keduanya mendadak melihat sesosok ular yang badannya menyerupai botol bir dan ekornya menyerupai tikus.
Tanggal 8 Mei 2000, seorang petani berusia 90 tahun yang bernama Sugie Tanaka juga mengaku pernah menjumpai dua(!) ekor Tsuchinoko saat dirinya sedang mencari rebung. Sebulan berselang, giliran Mitsuko Arima (82) yang mengaku pernah menjumpai Tsuchinoko tengah mengapung di atas sungai. “Saya sudah hidup selama lebih dari 80 tahun, namun saya belum pernah menjumpai yang semacam itu seumur hidup saya,” ujarnya.
Sebagai tanggapan atas banyaknya laporan penampakan Tsuchinoko yang muncul, orotitas Mikata dan daerah lain yang menjadi lokasi penampakan Tsuchinoko kemudian menggelar sayembara. Bagi mereka yang berhasil menangkap Tsuchinoko, maka orang tersebut bakal menerima hadiah bernilai tinggi. Otoritas kota Yoshii bahkan berani menyediakan hadiah senilai 20 juta yen (2,4 milyar rupiah) kepada mereka yang bisa menangkap Tsuchinoko.
Iming-iming hadiah tadi lantas mendorong warga di masing-masing daerah untuk melakukan penyelidikan rutin untuk mendapatkan Tsuchinoko. Hasilnya sejauh ini masih nihil karena tidak ada jasad Tsuchinoko utuh yang berhasil didapat. Namun hasil perburuan itu sendiri tidak benar-benar berakhir dengan tangan kosong karena sejumlah hasil perburuan berakhir dengan didapatnya benda-benda yang diduga merupakan peninggalan dari Tsuchinoko, misalnya kulit.
Meskipun sejauh ini belum ada yang berhasil menangkap Tsuchinoko, laporan penampakan Tsuchinoko masih tetap bermunculan. Lantas, makhluk apakah kira-kira Tsuchinoko sebenarnya? Menurut salah satu teori yang paling populer, Tsuchinoko aslinya adalah ular biasa yang baru saja makan. Itulah sebabnya badan Tsuchinoko terlihat membesar di bagian tengah karena bagian tersebut aslinya adalah makanan ular yang baru saja ditelan bulat-bulat dan belum dicerna secara sempurna.
Meskipun teori ini bisa memberikan penjelasan mengenai penampakan sosok Tsuchinoko yang aneh, teori ini tidak bisa menjawab kenapa Tsuchinoko bisa melompat hingga sejauh beberapa meter. Teori yang sama juga tidak bisa menjelaskan klaim kesaksian yang menyatakan kalau Tsuchinoko bisa bergerak dengan cara menggelinding sambil menggigit ekornya.
Menurut teori lain, Tsuchinoko aslinya adalah sejenis kadal berlidah biru dari genus Tiliqua yang dipelihara oleh penduduk Jepang, namun lepas ke alam liar. Seperti halnya Tsuchinoko, kadal ini memiliki tubuh yang membesar di bagian tengahnya dan ekor yang berbentuk sempit. Namun tidak seperti Tsuchinoko, kadal ini memiliki empat buah kaki di kedua sisi tubuhnya, sementara Tsuchinoko tidak memiliki kaki sama sekali.
Mengenai klaim kalau Tsuchinoko bisa mengeluarkan suara yang beragam, bisa saja suara tersebut aslinya bukan berasal dari makhluk yang diklaim sebagai Tsuchinoko. Tetapi dari hewan-hewan lain semisal jangkrik atau katak yang kebetulan berada tidak jauh dari lokasi penampakan. Karena merasa panik, orang yang melihatnya lantas salah mengira kalau suara tadi datang dari Tsuchinoko yang dilihatnya. Lalu mengenai klaim kalau Tsuchinoko membutuhkan habitat di dekat air, Tsuchinoko mungkin aslinya adalah sejenis ular yang berkerabat dengan ular mokasin air (Agkistrodon piscivorous) karena ular yang bersangkutan diketahui kerap terlihat berenang di permukaan air.
Apapun identitas asli Tsuchinoko sebenarnya, makhluk ini kini sudah menjadi semacam maskot bagi dunia mitologi dan cryptid Jepang. Daerah-daerah yang menjadi lokasi penampakan Tsuchinoko kerap menggelar acara berburu Tsuchinoko yang turut diikuti oleh wisatawan luar daerah. Tsuchinoko juga kerap muncul dalam game, anime, hingga pernak-pernik yang dibentuk menyerupai Tsuchinoko. Tidak jarang Tsuchinoko ditampilkan secara lucu dan bersahabat supaya orang merasa tertarik alih-alih takut kepada makhluk gempal nan misterius ini.
Sumber :
https://mysteriousuniverse.org/2015/07/the-mysterious-tsuchinoko-of-japan/