Misteri Cacing Kematian Mongolia Legenda Mahluk Gurun Gobi
Pernahkah anda menonton film Tremors? Film bergenre fiksi ilmiah tersebut bercerita tentang monster raksasa mirip cacing gempal yang meneror kawasan pedesaan. Monster tersebut digambarkan bergerak dengan amat lincah di bawah tanah dan sanggup menelan apapun yang ada di atasnya, tak terkecuali manusia. Supaya bisa bertahan hidup, tokoh-tokoh yang ada di dalam film pun harus memutar otak supaya mereka bisa selamat sembari mencari cara untuk membunuh monster tersebut.
Monster yang ada di dalam film Tremors memang fiksi belaka. Namun makhluk berupa cacing raksasa yang berbahaya bagi manusia diduga memang benar-benar ada. Kendati keberadaannya belum terbukti secara ilmiah, sudah banyak cerita dari penduduk setempat yang mengaku menjumpai makhluk tersebut. Makhluk yang dimaksud adalah cacing kematian Mongolia (Mongolian death worm) yang dipercaya mendiami kawasan Gurun Gobi sebelah timur.
Pakar ilmu biologi Karl Shuker sempat mengulas makhluk ini secara singkat dalam bukunya yang berjudul The Unexplained: An Illustrated Guide to the World's Paranormal Mysteries. Di dalam bukunya, Shuker menggambarkan cacing kematian Mongolia sebagai “salah satu makhluk paling sensasional di dunia yang mungkin tersembunyi di antara pasir Gurun Gobi.”
“Ia digambarkan menyerupai cacing raksasa yang gemuk, mencapai lebih dari 1 meter, berbentuk panjang dan berwarna merah, dengan semacam tonjolan berduri di kedua ujung tubuhnya. Ia menghabiskan sebagian besar waktunya di bawah pasir gurun. Namun setiap kali ada satu ekor yang menampakkan diri di permukaan, warga lokal buru-buru menjauh darinya,” papar Shuker dalam bukunya.
Penduduk setempat sendiri menyebut cacing kematian Mongolia dengan nama olgo-khorkoi yang secara harfiah berarti “cacing usus raksasa”. Sahabat anehdidunia.com nama yang mungkin digunakan untuk menggambarkan penampilan monster tersebut. Menurut legenda, cacing kematian Mongolia memiliki banyak cara untuk membunuh korbannya, salah satunya dengan cara menyemburkan cairan beracun yang bersifat korosif dan mematikan.
Jika semburan racunnya tidak berhasil membunuh korbannya, cacing kematian Mongolia juga diklaim bisa meciptakan aliran listrik yang merambat di atas tanah supaya korbannya bisa ditumbangkan dari jarak jauh. Penduduk di luar Mongolia sendiri pertama kali mengetahui cerita soal cacing ini dari tulisan paleontologis Roy Chapman Andrews yang dibuat pada tahun 1926. Roy mengaku tidak percaya dengan keberadaan makhluk tersebut, namun ia menambahkan kalau cerita mengenai cacing ini banyak beredar di Mongolia sana.
Belum ada yang berhasil memotret ataupun merekam penampakan cacing kematian Mongolia. Makhluk ini pun juga dikatakan jarang menampakkan diri. Namun begitu mengakarnya cerita mengenai cacing kematian Mongolia lantas mendorong mereka yang berasal dari luar Mongolia sengaja jauh-jauh datang ke negara ini untuk membuktikan sendiri keberadaan makhluk tersebut.
Sejumlah ekspedisi dan penelusuran sudah dilakukan untuk menemukan makhluk ini. Baik yang bersifat serius maupun yang dilakukan semata untuk mengisi acara program televisi. Beragam metode juga digunakan untuk menangkap cacing ini, misalnya dengan cara memasang beberapa buah jebakan sekaligus. Hasilnya sejauh ini sama-sama nihil. Belum ada ekspedisi yang berhasil menunjukkan kalau cacing kematian Mongolia memang benar-benar ada.
Kalau sudah begitu, apakah berarti cacing kematian Mongolia aslinya tidak pernah ada dan murni hasil khayalan semata? Menurut mereka yang percaya akan keberadaan makhluk ini, hanya karena makhluknya tidak pernah terdokumentasi, maka bukan berarti makhluknya tidak benar-benar ada.Mereka berargumen kalau cerita mengenai cacing kematian Mongolia bisa jadi benar-benar memiliki unsur historis di dalamnya. Sahabat anehdidunia.com dasarnya adalah ada begitu banyak laporan penampakan mengenai makhluk ini, di mana deskripsi mereka terlihat cocok satu sama lain dan tidak mungkin merupakan hasil khayalan semata jika ada kemiripan dari penjelasan para saksi.
Namun mereka yang skeptis berpendapat kalau kemiripan dalam hal penjelasan mengenai makhluknya tidak membuktikan kalau cacing kematian Mongolia benar-benar ada. Tapi hanya sebatas menunjukkan kalau cerita mengenai makhluk ini sudah begitu mengakar di negara yang bersangkutan. Terlebih lagi banyak dari laporan kesaksian tersebut datang bukan dari mereka yang mengaku melihat langsung, tapi hanya sebatas informasi yang didengar dari orang lain.
Alasan lain mengapa keberadaan cacing kematian Mongolia sulit dipercaya adalah akibat begitu minimnya jejak keberadaan makhluk ini. Tidak seperti Bigfoot misalnya yang meskipun eksistensinya masih simpang siur, tapi setidaknya ada jejak tapak kaki dan bulu yang bisa digunakan untuk mendukung pengakuan lisan dari para saksi mata. Cacing kematian Mongolia sama sekali tidak meninggalkan jejak yang bisa dianalisa.
Setiap makhluk yang mati bakal meninggalkan bangkai atau fosil. Jika cacing kematian Mongolia memang benar-benar pernah hidup di negara yang bersangkutan, maka tentunya bukan hal yang sulit untuk menemukan jejak fosil makhluk tersebut. Terlebih lagi Gurun Gobi memiliki iklim yang kering sehingga bangkai yang ditinggalkan makhluk ini seharusnya bisa bertahan lumayan lama akibat minimnya hewan pemakan bangkai di Gurun Gobi dan lambatnya proses pembusukan di kawasan gurun.
Pertanyaan berikutnya adalah, anggap saja cacing kematian Mongolia aslinya adalah sejenis hewan lain yang sudah lama mendiami Gurun Gobi, hewan apakah kira-kira yang ciri-cirinya paling mendekati cacing kematian Mongolia? Perlu ditekankan juga bahwa meskipun makhluk ini memiliki embel-embel nama cacing, bukan berarti makhluk yang bersangkutan pastinya adalah sejenis cacing.
Jika kita diharuskan mencari hewan yang berbadan panjang dan tidak berkaki di Gurun Gobi, maka salah satu kandidat terkuatnya adalah kadal cacing, sejenis kadal dari klade Amphisbaenia yang bertubuh panjang dan beruas-ruas layaknya cacing. Sahabat anehdidunia.com teori tersebut diutarakan oleh Shuker sendiri. Menurutnya, cacing kematian Mongolia mungkin aslinya tidak benar-benar ada dan yang dilihat oleh saksi mata aslinya adalah kadal cacing.
Namun perlu diperhatikan juga kalau kadal cacing pada umumnya hanya berukuran beberapa sentimeter. Sementara menurut cerita yang ramai beredar, cacing kematian Mongolia bisa tumbuh hingga sepanjang beberapa meter.
Hewan lain yang bisa menjadi kandidat identitas asli cacing kematian Mongolia adalah sejenis ular, misalnya ular kobra penyembur yang memang bisa menyemprotkan racunnya dari jarak yang cukup jauh. Namun teori ini juga tetap memiliki kelemahan. Menurut cerita, cacing kematian Mongolia bisa melumpuhkan korbannya dengan cara memakai sengata listrik. Namun sejauh ini tidak ada ular yang diketahui bisa mengeluarkan listrik.
Meskipun begitu, bisa saja klaim kalau cacing kematian Mongolia bisa menyetrum korbannya merupakan bumbu yang sengaja ditambahkan dalam cerita mengenai makhluk ini, supaya makhluknya terkesan makin spektakuler saat diceritakan ulang.
Dengan melihat serangkaian penjelasan di atas, mungkinkah cacing kematian Mongolia memang benar-benar tidak ada dan sebatas hasil salah lihat semata? Untuk yang satu ini, biar pembaca sendiri yang menyimpulkan. Yang jelas belum semua tempat di dunia ini berhasil dijamah oleh manusia secara mendetail.
Mungkin di masa depan, makhluk dengan ciri-ciri yang sama persis dengan cacing kematian Mongolia bakal berhasil ditemukan. Namun selama hal itu belum terwujud, rasanya cukup aman untuk menganggap kalau makhluk ini tidak benar-benar ada. Untuk sekarang, kita nikmati dulu saja cacing-cacing raksasa yang bermunculan di kartun, film, dan game.
Sumber :
https://www.livescience.com/46450-mongolian-death-worm.html