Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Metode Pembayaran Paling Unik di Dunia Modern Saat Ini

Di Era modern saat ini berbagai macam transaksi jual beli ataupun perdagangan biasanya dilakukan dengan metode pembayaran yang dilakukan dengan sebuah sarana bantu yang di sebut Uang. Bentuk dari uang ini bermacam-macam mulai dari yang berbentuk kertas, koin maupun yang bersifat digital lewat bantuan kartu kredit. Sedangkan nilai dari sebuah uang sendiri merupakan suatu sisitem yang sudah diatur sedemikian rupa oleh negara yang menerbitkan uang tersebut. Sistem pembayaran dengan uang ini dinilai lebih memudahkan kehidupan masyarakat modern, namun jauh sebelum sistem pembayaran dengan uang ini, terdapat sebuah sistem pembayaran yang jauh lebih kuno yaitu dengan metode barter. Metode ini terbilang cukup sederhana yaitu dengan menukar barang maupun jasa dengan nilai yang dianggap sama dalam sebuah transaksi jual beli. Metode ini sudah lama menghilang dari dunia karena dianggap kurang simpel dan agak aneh jika diterapkan di era modern saat ini. Namun metode ini ternayata masih berlaku di beberapa tempat dan menggunakan hal yang kurang wajar sebagai sarana pembayaran, berikut ini anehdidunia.com akan merangkum beberarapa Metode Pembayaran Paling Unik di Dunia Modern Saat Ini, tentunya versi anehdidunia.com


Bayar Listrik Dengan Hasil Pertanian & Ternak



Sahabat anehdidunia mungkin sebagian dari kalian pernah merasa bahwa sistem pembayaran listrik yang diterapkan oleh Pemerintah saat ini dengan menggunakan voucher listrik merupakan sesuatu yang unik. Namun ternyaja sebelum itu sudah ada metode pembayaran listrik yang jauh lebih unik yaitu dengan menggunakan hasil pertanian dan hewan ternak. Transaksi unik ini terjadi sejak tahun 2011 yang lalu di daerah Probolinggo tepatnya pada empat desa yaitu Desa Andung Biru, Desa Tiril, Desa Sumber Duren, dan Desa Roto.

Sekitar 600 kepala keluarga di ke empat desa ini membayar tagihan listrik mereka setiap bulanya dengan singkong, pisang, ayam, bebek ataupun hasil pertanian lainya. Menurut M.Rosid salah satu warga dari Desa Andung Biru kisah unik di ke empat desa ini bermula pada tahun 1990, ketika itu desa-desa di daerah tersebut selalu gelap gulita ketika malam tiba karena belum terjamah oleh pelayanan listrik. Oleh karena itu dia dan beberapa warga lainya mulai berinisiatif untuk membuat PLTMH (Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro) dengan swadaya masyarakat. Tapi ketika itu kapasitas listriknya masih sangat kecil hanya mencapai 16 kW dan hanya mampu menerangi beberapa rumah saja. Sampai pada tahun 2011 PGN (Perusahaan GAs Negara) dan Universitas Brawijaya memberikan bantuan satu unit PLTMH kapasitas 40 kW. Sejak saat itu pula setiap rumah di 4 desa tersebut mendapatkan meteran listrik di rumahnya. Tetapi untuk membayar tagihanya warga tak perlu mengeluarkan uang, melainkan boleh menggunakan hasil pertanian maupun hewan ternak, selain itu atas kebijakan bersama bagi warga yang kurang mampu tak perlu membayar listrik alias gratis, hal ini juga berlaku bagi rumah ibadah dan sarana pendidikan.


Keju Sebagai Jaminan Bank



Meskipun bukan makanan yang asli berasal dari Indonesia namun rasanya banyak masyarakat kita yang menyukai keju. Makanan hasil dari fermentasi susu ini lumayan populer di kalangan masyarakat terutama kalangan remaja karena selain rasanya yang enak, keju juga dikenal memiliki banyak kandungan kalsium dan vitamin yang baik bagi tubuh manusia. Namun apakah sahabat anehdidunia pernah terfikirkan untuk menggunakan keju sebagai sarana pembayaran ? pasti tidak kan.' Tapi ternyata penggunaan keju sebagai metode pembayaran merupakan hal yang biasa bagi beberapa bank di negri pizza, Italia. Yang lebih mengejutkan metode pembayaran dengan keju didunia perbankan Italia ini sudah berlangsung selama ratusan tahun. Namun keju yang boleh digunakan sebagai sarana pembayaran bukan segala jenis keju melainkan keju yang berjenis "Parmigiano Reggiano" ,sejenis keju tua karena membutuhkan 2 tahun untuk proses fermentasinya. Keju dengan jenis ini biasanya di jadikan jaminan oleh para pembuat keju agar mendapatkan pinjaman dari bank, sedangkan jangka binjaman itu sediri bertenor 2 tahun sesuai dengan masa fermentasi yang dibutuhkan keju Parmigiano Reggiano untuk matang dengan sempurnya.


Kartu Isi Ulang Pulsa



Sahabat anehdidunia.com percayakah kalian jika voucher isi ulang pulsa bisa digunakan untuk membeli sesuatu? Sulit dipercaya bukan, tapi itulah yang terjadi di negara Kongo. Jika di Indonesia biasanya voucher pulsa hanya digunakan sebagai hadiah dari taruhan sepakbola oleh anak-anak muda maka di negara Kongo voucher pulsa bisa digunakan untuk sarana pembayaran dalam berbagai macam transaksi. Seperti yang kita tahu di benua Afrika memang terdapat banyak sekali metode pembayaran dengan sarana yang tergolong unik namun rasa-rasanya tak ada yang seaneh yang dilakukan oleh warga Kongo ini. Kebiasaan unik masyarakat Kongo yang menggunakan voucher isi ulang pulsa sebagai sarana pembayaran ini di tengarai karena banyaknya telpon gengam di negara tersebut hingga membuat nilai perangkat elektronik ini tergolong rendah. Berbanding dengan voucher isi ulang pulsa yang seolah memiliki nilai tersendiri karena banyaknya pengguna ponsel yang tentunya juga meningkatkan permintaan terhadap voucher isi ulang pulsa. Sangking pentingnya benda ini konon katanya Voucher isi ulang pulsa ini juga sering di gunakan sebagai alat penyuapan terhadap pejabat pemerintahan setempat di negara Kongo.


Batu Besar



Batu merupakan salah satu hasil alam yang memiliki harga, baik itu hanya batu kali maupun batu kerikil sekalipun jika dikumpulkan dapat di tukarkan dengan uang karena berguna dalam berbagai proyek pembangunan baik itu rumah pribadi ataupun gedung dan jalan raya. Namun menggunakan batu secara langsung dalam transaksi jual beli rasanya tak akan pernah terpikirkan di benak orang pada umumnya. Tapi berbeda halnya dengan di sebuah kepulauan di Samudra Pasifik yang bernama Mikronesia. Di negara ini sejumlah warganya masih menerima batu besar sebagai sarana pembayaran. Penggunaan batu sebagai sarana pembayaran ini masih berlaku bagi penduduk lokal yang mendiami Pulau Yap. Sedangkan untuk nilai dari batu tersebut disesuaikan dengan besar kecilnya jika semakin besar batu maka semakin tinggi pula nilainya.

Sebenarnya Negara Mikronesia yang terdiri dari empat negara bagian dari wilayah barat hingga timur yaitu Yap, Chuuk, Pohnpei dan Kosrae yang tersebar di seluruh Samudera Pasifik Barat ini sudah menggunakan Dollar Amerika sebagai mata uang negara mereka, namun kearifan penduduk lokal yang tersebar di sekitar 607 pulau ini tampaknya ingin tetap menjaga tradisi nenek moyangnya dengan tetap menerima batu sebagai mata uang alternatif.


Air Kencing



Untuk metode yang satu ini sebenarnya merupakan sesuatu yang ilegal dan merupakan akal-akalan dari beberapa tahan yang menghuni penjara. Seperti yang sudah kita tahu hampir setiap penjara didunia ini mewajibkan tahananya untuk melakukan sejumlah uji kesehatan. Termasuk salah satunya adalah pengujian terhadap adanya penggunaan obat-obatan terlarang atau narkotika yang di lakukan oleh para pesakita ini.

Pengujian kadar zat psikotropika dalam tubuh yang biasanya dilakukan dengan mengetes air seni atau air kencing para narapidana ini, sepertinya telah menginspirasi tahanan untuk menjadikan air kencing yang "bersih" sebagai sebuah komoditas yang memiliki harga jual tinggi. Harga air kencing ini semakin di tunjang dengan fakta bahwa jika ada tahanan yang dalam tes urinenya kedapatan terdapat kandungan psikotropika maka masa hukumanya akan bertambah. Karena itulah para tahanan yang "Memiliki Air Kencing yang Bersih" bisa menukarkan limbah buangan mereka tersebut pada mereka yang membutuhkannya saat tes urine dilakukan. Dan sebagai balasanya mereka bisa meminta barang ataupun jasa sesuai dengan yang mereka inginkan.


Tutup Botol



Jika di Indonesia Tutup Botol biasanya akan di buang begitu saja karena dianggap sebagai sampah dan hanya akan menjadi barang loakan bagi para pemulung. Maka berbeda halnya dengan yang terjadi di Negara Kamerun. masyarakat yang mendiami negara di Afrika Tengah ini justru menggunakan tutup botol sebagai sarana pembayaran. Tutup botol ini biasanya dapat digunakan untuk membeli barang-barang yang bernilai kecil ataupun jasa yang sederhana.

Awal mula digunakanya tutup botol sebagai sarana jual beli ini bermula ketika ada sebuah perusahaan bir setempat yang menawarkan berbagai hadiah menarik di balik tutup botolnya (Mirip Undian Berhadiah Di Indonesia). Cara ini digunakan perusahaan tersebut untuk menarik minat konsumen dengan iming-iming hadiah di balik tutup botol produk mereka. Karena hadiah yang ditawarkan cukup beragam mulai dari bir gratis hingga liburan mewah. Maka sejak saat itu pula tutup botol memiliki nilai tersendiri di negara itu.

Referensi :
http://www.merdeka.com/uang/5-alat-pembayaran-teraneh-di-dunia-dari-keju-hingga-air-kencing.html
http://bangka.tribunnews.com/2016/01/20/warga-4-desa-ini-bayar-listrik-pakai-singkong-hingga-bebek