Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Upacara Haid Pertama Suku Suku Di Dunia

Haid pertama atau disebut menarche adalah hari bersejarah bagi semua gadis. Di hari itulah para gadis memasuki masa puber.  Biasanya terjadi pada usia 11 – 13 tahun. Ada sebagian gadis yang merasa malu,  ada juga merasa sangat senang. Bahkan ada sebagian gadis yang sangat cemas  karena tamu yang ditunggu-tunggu itu tidak juga muncul. Karena dianggap sebagai hari  bersejarah. Sahabat anehdidunia.com  beberapa suku di dunia memperingatinya secara khusus dengan upacara adat yang sampai saat ini masih dilakukan.


UPACARA MENEK KELIH / MENEK DAHA BALI
Upacara menginjak dewasa (munggah deha) dilaksanakan pada saat putra / putri sudah menginjak dewasa. Peristiwa ini akan terlihat melalui perubahan-perubahan yang nampak pada putra-putri. Misalnya pada anak Iaki-laki perubahan yang menonjol dapat kita saksikan dari sikap dan suaranya. Pada anak putri mulai ditandai dengan datang bulan (menstruasi) pertama. Orang tua wajib melaksanakan upacara meningkat dewasa (munggah deha) ini. Upacara ini dilaksanakan pada saat anak menginjak dewasa. Upacara ini bertujuan untuk memohon ke hadapan Hyang Samara Ratih agar diberikan jalan yang baik dan tidak menyesatkan bagi si anak. Upacara ini dilakukan oleh Pandita / Pinandita atau yang tertua di dalam lingkungan keluarga. 

UPACARA TARAPAN  KERATON YOGYAKARTA INDONESIA
Tarapan adalah upacara untuk memeringati haid pertama (menarche) seorang gadis.  Di keraton Yogyakarta upacara ini dilakukan di Bangsal Sekar Kedaton. Gadis yang sedang menarche  memakai baju khas keraton Yogya dengan  rambutnya disanggul. Keluarga  membuat tumpeng, sesaji yang terdiri dari rempah-rempah dan bumbu dapur  serta  bubur merah putih. Sesaji itu dimaksudkan untuk menolak bala. Pada upacara ini tidak ada pria yang boleh ikut, termasuk Sultan.  Upacara Tarapan di Surakarta sedikit beda. Dalam perayaan ini si Gadis mengenakan batik dalam ritual siraman. Kemudian si Gadis berganti baju dengan kain bermotif grompol sebagai lambang permohonan kebahagiaan dan kesejahteraan. Grompol  (menggerombol) artinya agar selalu  dikelilingi oleh teman-temannya. Perayaan diakhiri dengan syukuran bersama. Sedangkan masyarakat Jawa pada umumnya cukup memeringati menarche dengan membuat bubur merah dan putih. Bubur putih dibuat tanpa gula sedangkan bubur merah diberi gula aren. Orangtua (Ibu) kemudian berdoa untuk anak gadisnya.

PENATOAN DI SUKU DAYAK  KALIMANTAN INDONESIA
Gadis dari suku Dayak Iban yang mengalami menarche  mesti ditato tubuhnya. Sebuah lesung besar diletakkan di atas badan si Gadis agar tubuhnya tidak bergerak sehingga memudahkan penatoan. Ketika si  Gadis merasa kesakitan, maka suara tangisannya harus dilagukan (hmmm ... sulit juga ya)  Penatoan  dilakukan dengan upacara adat di sebuah rumah khusus. Selama pembuatan tato semua pria tidak boleh keluar rumah. Selain itu seluruh keluarga juga diwajibkan menjalani berbagai pantangan untuk menghindari bencana bagi  gadis yang sedang ditato.

SUKU MEE PANIAI  PAPUA  INDONESIA

Gadis  yang mengalami haid pertama diletakkan dalam pondok yang telah dibangun oleh saudara laki-lakinya. Selama menstruasi si  gadis   tidak  boleh tidur pada malam hari  agar  tidak  mimpi buruk. Jika menstruasi telah selesai  si gadis  harus membakar pondoknya berikut baju yang dipakainya (lho .. nggak pakai baju dong). Mereka juga harus memerhatikan ke mana arah angin.  Arah angin bisa  menandakan apakah si cewek akan menikah atau tidak.

UPACARA KINAALDA SUKU INDIAN
Pada upacara itu,  gadis suku Indian Navajo yang sedang menarche mengenakan gaun khusus dan di make over habis-habisan hingga wajahnya menyerupai Dewi Navajo, dewinya suku Indian Navajo.  Gadis yang dipestakan harus berlari dengan kaki telanjang. Keluarga  membuat   kue  jagung ('alkaan') yang dibagikan kepada para tetangga. Kegiatan ini dilakukan setiap hari selama menarche. Suku Indian Nootka beda lagi upacaranya.  Di hari menarche si Gadis   digiring  warga  ke tengah laut. Si Gadis  kemudian diceburkan dan ditinggal sendirian di tengah laut.  Dia kemudian berenang kembali   ke  pantai yang diikuti oleh tepuk tangan  dan nyanyian warga yang mengantarnya. (wah ... air lautnya bisa jadi merah dong ya)

SUKU SOLOMON PASIFIK SELATAN
Cewek yang baru pertama kali  haid mengalami penatoan pada wajahnya. Penatoan  dipimpin oleh ketua adat. Tehnik penatoan yang dipakai masih manual. Jarum untuk membuat tatto berasal dari tulang binatang. Tintanya dari bahan tradisional.  Upacara ini untuk menunjukkan kepada penduduk  bahwa si Gadis  telah beranjak dewasa.

LOVE MAGIC SUKU ABORIGIN

Penduduk asli Australia, suku Aborigin, memeringati menarche dengan cara memberikan pelajaran kewanitaan yang mereka namakan Love Magic. Yang memberikan pelajaran  adalah ibu-ibu sekampungnya. Love Magic mengajarkan  tata  cara melahirkan, merawat keluarga, memasak dan lainya.  Si cewek juga diberi pelajaran tentang perubahan fisik wanita setelah menarche.

MENARCHE SUKU TIWI  ABORIGIN DI PULAU  MELLIVILE AUSTRALIA

Suku Tiwi di Pulau Meillivile Australia menamakan gadis yang sedang mengalami menarche sebagai Murinaleta. Ketika menstruasi pertama Si Gadis bakal diungsikan di sebuah tempat khusus dan  diperlakukan sesuci mungkin.  Si Gadis tidak boleh memegang air atau ember yang berisi air. Dia juga tidak boleh memegang makanan dengan tangannya (mesti pakai stik) Kalau berbicara mesti berbisik. Kalau badannya gatal mesti ada yang menggaruk. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kesucian gadis yang mengalami menarche, agar Maritji, roh dewa berbentuk buaya tidak marah dan tidak mengirimkan petaka di  daerah tersebut.

MENARCHE DI  LITHUANIA
Pada hari Sabtu setelah mengalami haid pertama, si cewek yang mengalami menarche akan mengumpulkan penduduk perempuan setempat  dan membagi-bagikan  roti buatannya.  Perayaan menarche biasanya diadakan di kolam renang. Saat itu sang Ayah akan  menyerahkan  jatah warisan kepada  anak gadisnya  sebagai lambang kemakmuran. Sedangkan sang Ibu akan membocorkan warisan yang dimiliki sang Ayah yang akan diberikan kepada anak gadisnya.

CHARMATI CHADANJA DI INDIA
Upacaranya dilakukan saat hari ganjil. Jadi kalau misalnya si Gadis  mengalami menarche tanggal 4, maka Charmati Chadanja dilaksanakan pada tanggal 5.  Dalam ritual ini si cewek diharuskan mengenakan pakaian sari yang baru lengkap dengan perhiasannya.  Kain sari  tidak  boleh berwarna hitam karena hitam menandakan kesedihan. Pada upacara itu di bawah kaki si  Gadis  diletakkan ranting, daun dan tanah  sebagai penangkal ketidaksucian. Si cewek kemudian diciprati dengan air susu bekas  rendaman  koin dan rumput. Koin dan rumput sebagai simbol   kemakmuran dan kesuburan. Setelah ritual selesai  diadakan pesta yang menunya kari dan roti canai.

MENARCHE DI SRILANGKA
Pada hari pertama menarche  keluarga memanggil peramal untuk memprediksi masa depan  si Gadis yang sedang menarche   berdasarkan posisi rasi bintang pada saat itu. Peramal akan mengatakan segi baik dan buruk agar si  Gadis  bisa mengantisipasinya. Di hari itu si  Gadis  diperlakukan sebagai Ratu Sehari.  Dia akan dilulur dan dimandikan oleh keluarga. Setelah itu  dikenakan gaun putih dan siap berpesta dengan para undangan yang biasanya sudah membawa hadiah serta uang.

SATU TAMPARAN DI YAHUDI

Cewek Yahudi yang mengalami menarche akan mendapat sebuah tamparan di pipi dari ibunya.  Si Gadis  diwajibkan bertanya, “Kenapa saya ditampar?” Kemudian  ibunya  langsung menjelaskan bahwa tamparan itu  sebagai simbul  agar si Gadis   berhati-hati  dan menjaga diri dalam bergaul karena sudah dewasa.  Ritual menampar  adalah sebagai tanda si Cewek sudah remaja. Jadi, walaupun ditampar, dia tak boleh menangis.

MENARCHE SUKU MOGHUL TURKI
Di suku Mogul Turki, cewek yang mendapati haid pertama diungsikan di gubug yang telah dibangun oleh saudara laki-lakinya. Selama haid si cewek tidak boleh bicara dengan laki-laki. Yang boleh berkunjung dan ngobrol ke gubug tersebut adalah ibu dan neneknya. Di gubug  itulah  si Gadis  diajarkan ketrampilan wanita seperti memasak dan menjahit.

UPACARA IMBORIVUNGU NIGERIA

Upacara ini mirip upacara pengorbanan. Si Gadis yang mengalami menarche aka disilet perutnya sebanyak 4 baris. Konon hal itu dipercaya  bisa membuat kesuburan seorang perempuan. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan si Gadis bakal mengalami pendarahan atau terluka karena upacara Imborivungu  dipimpin oleh Kepala Suku yang sakti banget.
   
MAKAN BERAS MERAH DI JEPANG
Orang Jepang lebih sederhana dalam merayakan menarche. Keluarga si Gadis yang mengalami haid pertama diwajibkan  menanak beras merah dan membuat makanan dari kacang-kacangan.  Kemudian mereka makan bersama keluarga saja.

UPACARA KUFAR SUKU MIKRONESIA

Kufar adalah upacara perayaan menyambut menarche oleh suku Ulithi di  Mikronesia (sebelah  timur Papua Nugini).  Gadis yang mengalami menarche  diungsikan di sebuah Rumah Menstruasi yang sudah disediakan.  Di sana dia dimandikan oleh seorang wanita  dengan membacakan mantera-mantera.  Gadis itu baru boleh pulang ke rumah kalau menstruasi berikutnya datang. Lha kalau menstruasi kedua jaraknya 1 tahun gimana duuooong. Secara permulaan haid tuh belum stabil,  lagi.

MENARCHE DI KIRIBATI SAMUDERA PASIFIK

Gadis yang pertama kali mengalami  haid bakal mendapatkan kehormatan dari warga seluruh kampung. Warga mengadakan pesta bagi gadis tersebut. Tiga hari sebelum pesta dilaksanakan  si Gadis harus menahan lapar selama 3 hari. Selama tiga hari itulah si Gadis hanya boleh makan dan minum  sesedikit mungkin. Hal itu dimaksudkan agar kelak kalau sudah menikah, sang Gadis lebih mendahulukan anak dan suaminya. Setelah puasa berakhir dimulailah pesta dengan seluruh warga.


referensi:http://www.teenage-corner.com/2011/11/menarche-haid-pertama-di-berbagai-suku.html/http://www.babadbali.com/canangsari/banten/menek-deha.htm/http://sejarahharirayahindu.blogspot.com/2012/06/menek-kelih.html