Tragedi Perang Kemanusiaan Di Vietnam
Kita sering terunduk pilu, tercekam dalam kebisuan menyaksikan korban manusia yang terjadi karena kemurkaan alam. Tapi dilain pihak, kita, yang katanya umat paling beradab di alam semesta ini begitu tega menghabisi nyawa lawannya. Hanya demi sebuah perasaan ‘benar‘ yang atas lawannya yang ‘salah‘. Demi yang namanya ‘kehormatan bangsa’, perang dan pembunuhan manusia atas manusia lain ‘dihalal’kan.
Lalu, “kehormatan bangsa” yang manakah yang dipertaruhkan Amerika Serikat ketika menyulut Perang Vietnam? Perang Vietnam atau Vietnam War (dalam lafal Vietnam disebut Kháng chiến chống Mỹ -perang melawan agresi Amerika) adalah sebuah tragedi kemanusiaan yang lazim disebut untuk perang antara tentara Vietnam Selatan yang didukung militer Amerika Serikat dan dipihak lain adalah tentara Vietnam Utara yang didukung gerilyawan komunis
Vietnam Selatan (kita sebut saja, sesuai yang biasa disebut AS sebagai “Vietcong“)Sebuah perang besar dan terpanjang dalam sejarah peradaban modern abad 20, seusai Perang Dunia II, yang memakan korban jutaan nyawa manusia. Sahabat anehdidunia.com perang ini dimulai saat AS memulai keterlibatannya,1957 sampai jatuhnya ibukota Selatan, Saigon, 1975. (Sebenarnya sulit untuk menentukan secara tepat kapan mulainya keterlibatan AS di Vietnam, karena sejak Perancis masih berkuasa, AS sudah memberikan bantuan berupa “military advisory“.
Tapi yang biasanya dipakai sebagai patokan adalah saat Eisenhower menyetujui akan mendukung penuh rezim Selatan, 1957)Adalah tidak mungkin menuliskan secara rinci, perang besar yang melibatkan masa kepemimpinan 5 orang Presiden AS (Eisenhower, Kennedy, Johnson, Nixon dan Ford) dalam 1-2 halaman seperti ini. Tulisan ini hanya berniat untuk sekadar berbagi, sekadar mengingatkan bahwa tragedi besar umat manusia seperti ini pernah terjadi.
Lalu, “kehormatan bangsa” yang manakah yang dipertaruhkan Amerika Serikat ketika menyulut Perang Vietnam? Perang Vietnam atau Vietnam War (dalam lafal Vietnam disebut Kháng chiến chống Mỹ -perang melawan agresi Amerika) adalah sebuah tragedi kemanusiaan yang lazim disebut untuk perang antara tentara Vietnam Selatan yang didukung militer Amerika Serikat dan dipihak lain adalah tentara Vietnam Utara yang didukung gerilyawan komunis
Vietnam Selatan (kita sebut saja, sesuai yang biasa disebut AS sebagai “Vietcong“)Sebuah perang besar dan terpanjang dalam sejarah peradaban modern abad 20, seusai Perang Dunia II, yang memakan korban jutaan nyawa manusia. Sahabat anehdidunia.com perang ini dimulai saat AS memulai keterlibatannya,1957 sampai jatuhnya ibukota Selatan, Saigon, 1975. (Sebenarnya sulit untuk menentukan secara tepat kapan mulainya keterlibatan AS di Vietnam, karena sejak Perancis masih berkuasa, AS sudah memberikan bantuan berupa “military advisory“.
Tapi yang biasanya dipakai sebagai patokan adalah saat Eisenhower menyetujui akan mendukung penuh rezim Selatan, 1957)Adalah tidak mungkin menuliskan secara rinci, perang besar yang melibatkan masa kepemimpinan 5 orang Presiden AS (Eisenhower, Kennedy, Johnson, Nixon dan Ford) dalam 1-2 halaman seperti ini. Tulisan ini hanya berniat untuk sekadar berbagi, sekadar mengingatkan bahwa tragedi besar umat manusia seperti ini pernah terjadi.
Selama Perang Dunia II, Vietnam dikuasai Jepang yang menyelenggarakan pemerintahan bersama Perancis yang pro Jerman-Italia (Perancis-Vichy). Dalam masa pendudukan itu, Ho Chi Minh mendirikan Partai Nasionalis Vietnam (Việt Minh), 1941 yang berafiliasi komunis. Setelah Jepang menyerah pada Sekutu dan Pemerintahan Perancis dipulihkan (Perancis - de Gaulle), Ho Chi Minh mendeklarasikan kemerdekaan Vietnam, 2 September 1945.
Tapi ternyata Perancis tidak mau melepaskan daerah jajahannya begitu saja dan perang segera berkobar, yang berpuncak pada kekalahan Perancis di Dien Bien Phu, Mei 1954.Perancis yang kehabisan “bensin” memutuskan segera meninggalkan Vietnam. Perjanjian damai ditandatangani di Jenewa (Geneva, Geneve)-Swiss 20 Juli 1954. Sambil mengakui kemerdekaan Laos dan Kamboja, Perancis juga meninggalkan bom waktu dengan membelah Vietnam menjadi 2, Utara diserahkan pada Việt Minh di bawah Ho Chi Minh yang Komunis dan Selatan dibawah tanggungjawab Kaisar Bảo Đại, penguasa Vietnam Lama.
Sang Kaisar yang hidup di pengasingan menunjuk Ngô Đình Diệm sebagai Perdana Menteri, pelaksana kekuasaan sehari-hari di Selatan (Belakangan, September 1954, Diem samasekali menggusur Bao Dai dan mengangkat diri jadi Presiden). Utara dan Selatan ini, seperti yang diramalkan, ternyata memang tidak bisa rukun. Januari 1957 Uni Sovyet mengajukan usulan ke PBB untuk menerima opsi terbaginya Vietnam ini dan menerima VietnamUtara sebagai anggauta PBB. Tapi usulan ini diveto oleh AS (yang menolak Vetnam yang komunis).
AS yang sukses menahan komunis usai Perang Korea 1953 dan mabuk kepayang pada Teori Dominoyang di’temukan’ oleh Harry Truman segera ter-obsesi pada kondisi Vietnam. Dalam kunjungannya ke AS, Mei 1957, Diem sebagai Presiden Selatan berhasil “menyeret” AS untuk mengeluarkan pernyataan bersama bahwa AS akan mendukung Selatan dalam menegakkan kebebasannya (dari komunis), apapun yang terjadi. Tapi, meskipun sudah memutuskan untuk membantu, sesungguhnya AS belum terlalu jauh terlibat.
Bantuan yang diberikan hanya bersifat penasehat dan pelatihan militer. Meskipun sudah ada korban jatuh, AS masih menahan diri. Keterlibatan secara lebih langsung terjadi usai kunjungan Wapres Lyndon B. Johnson ke Saigon, Mei 1961 Dalam laporannya Johnson meyakinkan bahwa Selatan memerlukan bantuan lebih besar untuk menahan laju Komunis “Diem is the only boy we got out there“.
AS di bawah John F. Kennedy segera tanggap dengan meningkatkan bantuan militer, dari jumlah 400 orang dan hanya sebagai penasehat militer (1957) menjadi 16.000 orang tentara taktis membantu operasi pasukan Selatan (1961).
Tapi ternyata Perancis tidak mau melepaskan daerah jajahannya begitu saja dan perang segera berkobar, yang berpuncak pada kekalahan Perancis di Dien Bien Phu, Mei 1954.Perancis yang kehabisan “bensin” memutuskan segera meninggalkan Vietnam. Perjanjian damai ditandatangani di Jenewa (Geneva, Geneve)-Swiss 20 Juli 1954. Sambil mengakui kemerdekaan Laos dan Kamboja, Perancis juga meninggalkan bom waktu dengan membelah Vietnam menjadi 2, Utara diserahkan pada Việt Minh di bawah Ho Chi Minh yang Komunis dan Selatan dibawah tanggungjawab Kaisar Bảo Đại, penguasa Vietnam Lama.
Sang Kaisar yang hidup di pengasingan menunjuk Ngô Đình Diệm sebagai Perdana Menteri, pelaksana kekuasaan sehari-hari di Selatan (Belakangan, September 1954, Diem samasekali menggusur Bao Dai dan mengangkat diri jadi Presiden). Utara dan Selatan ini, seperti yang diramalkan, ternyata memang tidak bisa rukun. Januari 1957 Uni Sovyet mengajukan usulan ke PBB untuk menerima opsi terbaginya Vietnam ini dan menerima VietnamUtara sebagai anggauta PBB. Tapi usulan ini diveto oleh AS (yang menolak Vetnam yang komunis).
AS yang sukses menahan komunis usai Perang Korea 1953 dan mabuk kepayang pada Teori Dominoyang di’temukan’ oleh Harry Truman segera ter-obsesi pada kondisi Vietnam. Dalam kunjungannya ke AS, Mei 1957, Diem sebagai Presiden Selatan berhasil “menyeret” AS untuk mengeluarkan pernyataan bersama bahwa AS akan mendukung Selatan dalam menegakkan kebebasannya (dari komunis), apapun yang terjadi. Tapi, meskipun sudah memutuskan untuk membantu, sesungguhnya AS belum terlalu jauh terlibat.
Bantuan yang diberikan hanya bersifat penasehat dan pelatihan militer. Meskipun sudah ada korban jatuh, AS masih menahan diri. Keterlibatan secara lebih langsung terjadi usai kunjungan Wapres Lyndon B. Johnson ke Saigon, Mei 1961 Dalam laporannya Johnson meyakinkan bahwa Selatan memerlukan bantuan lebih besar untuk menahan laju Komunis “Diem is the only boy we got out there“.
AS di bawah John F. Kennedy segera tanggap dengan meningkatkan bantuan militer, dari jumlah 400 orang dan hanya sebagai penasehat militer (1957) menjadi 16.000 orang tentara taktis membantu operasi pasukan Selatan (1961).
Dengan alasan Utara menembaki kapal pesiar mereka di perairan internasional 2 - 4 Agustus 1964 AS mengumumkan kepada dunia secara sepihak bahwa AS akan segera mengamankan perairan Teluk Tonkin dengan mengirimkan bantuan kepada Selatan. Di bawah dokumen berjudul “Gulf of Tonkin Resolution“, Konggres AS segera menyetujui dan memberi kuasa kepada Presiden untuk mengadakan operasi militer di wilayah Asia Tenggara tanpa menyatakan perang terlebih dahulu.
Belakangan (1971) baru ketahuan kalau yang namanya ‘kapal pesiar‘ itu adalah kapal perusak AS USS Maddox dan USS C.Turner Joy yang sedang menjalankan tugas intelejen di perairan Utara. Press release dan persetujuan Konggres ini segera menjadi alasan AS untuk mengerahkan pesawat tempurnya dan mulai melakukan pengeboman ke wilayah Utara. Populasi tentara AS di Selatan segera meningkat tajam 500.000 orang! Sahabat anehdidunia.com tindakan AS ini dilakukan sambil teriak-teriak kepada sekutunya di SEATO (South East Asia Treaty Organization, Thailand, Korea Selatan, Filipina), dan ANZUS (Australia, New Zealand) untuk mengirim bantuan tentara ke Selatan.
Jadi, benar-benarAS mempergunakan ‘baju‘nya sendiri, tanpa keterlibatan dan persetujuan PBB.Atas tindakan itu, Paman Ho (panggilan pemimpin Utara Ho Chi Minh) memperingatkan AS, seperti yang pernah dilakukannya 2 dekade sebelumnya terhadap Perancis: “Kami adalah tuan rumah yang baik. Kalau AS sebagai tamu kami menginginkan perang selama 20 tahun, kami akan melayaninya selama 20 tahun. Apabila mereka menginginkan perdamaian, kami akan berdamai dan segera mengundang mereka untuk minum teh“.
Dengan dukungan militer sebesar itu, kondisi keamanan di Selatan memang menjadi “baik” Kondisi ekonomi yang sepenuhnya ditopang AS berangsur meningkat. Dengan cepat dan kemakmuran menjelang. Penduduk Selatan, AS dan dunia segera memberi apresiasi. Komandan militer AS untuk Vietnam, Jend.William Westmoreland menjadi selebriti dadakan.
Majalah TIME mendaulatnya menjadi “1967 Man of theYear“.Bahkan dalam wawancaranya di National Press Club, November 1967, yang disiarkan ke seluruh dunia, dengan meyakinkan dia berujar: “Kondisi Vietnam sudah membaik dan kami sudah sampai pada satu titik dimana akhir perang sudah dapat dilihat dengan mata“
Perayaan Tet adalah perayaan Tahun Baru Vietnam (Tahun Baru dalam sistem penanggalan bulan, mirip 1 Suro di Jawa). Vietcong merespons penyataan Westmoreland di atas dengan serangan serentak dan mendadak di hari raya Tet, akhir Januari 1968 pada 100 kota di Selatan, termasuk di Saigon. Serangan yang paling spektakular dilakukan oleh 19 orang gerilyawan Vietcong yang mampu menguasai Kedutaan Besar Amerika di Saigon selama 6 jam!. Korbannya sungguh fantastis, 300 orang tentara AS tewas dan terluka, 1.000 orang di pihak Vietcong dan lebih dari 3.000 orang sipil tewas dan terluka. Bangunan dan fasilitas kota hancur lebur, mayat bergelimpangan malang melintang, darah bersimbah di mana-mana. Perlu waktu berbulan-bulan untuk memulihkan kondisi seperti semula.
Belakangan (1971) baru ketahuan kalau yang namanya ‘kapal pesiar‘ itu adalah kapal perusak AS USS Maddox dan USS C.Turner Joy yang sedang menjalankan tugas intelejen di perairan Utara. Press release dan persetujuan Konggres ini segera menjadi alasan AS untuk mengerahkan pesawat tempurnya dan mulai melakukan pengeboman ke wilayah Utara. Populasi tentara AS di Selatan segera meningkat tajam 500.000 orang! Sahabat anehdidunia.com tindakan AS ini dilakukan sambil teriak-teriak kepada sekutunya di SEATO (South East Asia Treaty Organization, Thailand, Korea Selatan, Filipina), dan ANZUS (Australia, New Zealand) untuk mengirim bantuan tentara ke Selatan.
Jadi, benar-benarAS mempergunakan ‘baju‘nya sendiri, tanpa keterlibatan dan persetujuan PBB.Atas tindakan itu, Paman Ho (panggilan pemimpin Utara Ho Chi Minh) memperingatkan AS, seperti yang pernah dilakukannya 2 dekade sebelumnya terhadap Perancis: “Kami adalah tuan rumah yang baik. Kalau AS sebagai tamu kami menginginkan perang selama 20 tahun, kami akan melayaninya selama 20 tahun. Apabila mereka menginginkan perdamaian, kami akan berdamai dan segera mengundang mereka untuk minum teh“.
Dengan dukungan militer sebesar itu, kondisi keamanan di Selatan memang menjadi “baik” Kondisi ekonomi yang sepenuhnya ditopang AS berangsur meningkat. Dengan cepat dan kemakmuran menjelang. Penduduk Selatan, AS dan dunia segera memberi apresiasi. Komandan militer AS untuk Vietnam, Jend.William Westmoreland menjadi selebriti dadakan.
Majalah TIME mendaulatnya menjadi “1967 Man of theYear“.Bahkan dalam wawancaranya di National Press Club, November 1967, yang disiarkan ke seluruh dunia, dengan meyakinkan dia berujar: “Kondisi Vietnam sudah membaik dan kami sudah sampai pada satu titik dimana akhir perang sudah dapat dilihat dengan mata“
Perayaan Tet adalah perayaan Tahun Baru Vietnam (Tahun Baru dalam sistem penanggalan bulan, mirip 1 Suro di Jawa). Vietcong merespons penyataan Westmoreland di atas dengan serangan serentak dan mendadak di hari raya Tet, akhir Januari 1968 pada 100 kota di Selatan, termasuk di Saigon. Serangan yang paling spektakular dilakukan oleh 19 orang gerilyawan Vietcong yang mampu menguasai Kedutaan Besar Amerika di Saigon selama 6 jam!. Korbannya sungguh fantastis, 300 orang tentara AS tewas dan terluka, 1.000 orang di pihak Vietcong dan lebih dari 3.000 orang sipil tewas dan terluka. Bangunan dan fasilitas kota hancur lebur, mayat bergelimpangan malang melintang, darah bersimbah di mana-mana. Perlu waktu berbulan-bulan untuk memulihkan kondisi seperti semula.
Serangan tersebut memang gagal. Dan secara teknis Vietcong dan Utara yang menderita kekalahan. Tapi berhasil menunjukkan pada dunia bahwa mereka masih eksis. Dan efek psikologis yang ditimbulkannya kepada AS sungguh besar. Sanggupkah AS terus menerus menahan serangan gerilya kota seperti itu?Ternyata memang perang tidak dapat diselesaikan dengan cepat. Di front Utara, kondisi benar-benarstag.
Serangan udara AS ke sasaran strategis di Utara karena tidak mendapat dukungan yang memadai dari Infanteri, nyaris tidak berguna. Di Selatan, gerilyawan Vietcong mengembangkan gerilya kota dengan sangat effektif. Dengan terowongan “tikus” (yang kini jadi obyek wisata itu) mereka benar-benar menjelma seperti tikus, bisa muncul dan menghilang dalam sekejap. Dikira sang tikus tidak ada, meleng sedikit dan ikan di piring sudah lenyap di gondol. Ketika ketahuan dan dikejar, begitu saja mereka menghilang ditelan bumi, atau membaur diantara penduduk sipil.
Tentara AS sungguh kewalahan membedakan mana yang sipil mana yang gerilyawan Vietcong. Seluruh penduduk desa dibunuh dan kampungnya dibakar hanya untuk mencari gerilyawan Vietcong yang diduga bersembunyi di situ.AS yang kewalahan terpaksa berpikir ulang untuk melanjutkan perang.
Serangan Tet itu membuat AS menyimpulkan sendiri secara ekstrim, bahwa AS tidak mungkin memenangkan perang. Seiring naiknya Richard M. Nixon sebagai Presiden, 1968, AS dibawah desakan masyarakatnya, segera merubah kebijakan politiknya di Vietnam dari semula “bagaimana caranya memenangkan perang” menjadi “bagaimana caranya mundur dari gelanggang tanpa kehilangan muka“.
Menyetujui desakan dunia internasional untuk menandatangani Perjanjian Perdamaian Paris, 27 Januari 1973. Perjanjian ini antara lain memuat hal seperti: AS yang akan segera menarik bantuan langsungnya di Selatan secara berangsur, batas teritori Utara dan Selatan dikukuhkan ulang dan pemilihan umum akan segera dilangsungkan untuk menyelesaikan masalah Utara-Selatan ini.
Serangan udara AS ke sasaran strategis di Utara karena tidak mendapat dukungan yang memadai dari Infanteri, nyaris tidak berguna. Di Selatan, gerilyawan Vietcong mengembangkan gerilya kota dengan sangat effektif. Dengan terowongan “tikus” (yang kini jadi obyek wisata itu) mereka benar-benar menjelma seperti tikus, bisa muncul dan menghilang dalam sekejap. Dikira sang tikus tidak ada, meleng sedikit dan ikan di piring sudah lenyap di gondol. Ketika ketahuan dan dikejar, begitu saja mereka menghilang ditelan bumi, atau membaur diantara penduduk sipil.
Tentara AS sungguh kewalahan membedakan mana yang sipil mana yang gerilyawan Vietcong. Seluruh penduduk desa dibunuh dan kampungnya dibakar hanya untuk mencari gerilyawan Vietcong yang diduga bersembunyi di situ.AS yang kewalahan terpaksa berpikir ulang untuk melanjutkan perang.
Serangan Tet itu membuat AS menyimpulkan sendiri secara ekstrim, bahwa AS tidak mungkin memenangkan perang. Seiring naiknya Richard M. Nixon sebagai Presiden, 1968, AS dibawah desakan masyarakatnya, segera merubah kebijakan politiknya di Vietnam dari semula “bagaimana caranya memenangkan perang” menjadi “bagaimana caranya mundur dari gelanggang tanpa kehilangan muka“.
Menyetujui desakan dunia internasional untuk menandatangani Perjanjian Perdamaian Paris, 27 Januari 1973. Perjanjian ini antara lain memuat hal seperti: AS yang akan segera menarik bantuan langsungnya di Selatan secara berangsur, batas teritori Utara dan Selatan dikukuhkan ulang dan pemilihan umum akan segera dilangsungkan untuk menyelesaikan masalah Utara-Selatan ini.
Tapi perjanjian ini tidak disetujui Selatan yang menuduh AS meninggalkan sekutunya. Kedua belah pihak kelihatannya tidak benar-benar bermaksud mematuhinya sampai krisis minyak melanda dunia, Oktober 1973. Embargo minyak Iran atas AS membuat harga minyak melambung tak terkendali, pundi-pundi AS menyusut dengan cepat.
Perang Vietnam hanyalah pemborosan anggaran. AS yang secara serius terancam bangkrut, segera mematuhi perjanjian Paris dengan menarik tentaranya keluar dari Vietnam.Tanpa dukungan dana dan kekuatan militer AS, kejatuhan rezim Selatan dapat dihitung dengan hari.
Secara berangsur satu-persatu wilayah Selatan jatuh ke pihak Utara. Dan Utara bersiap untuk memberikan pukulan terakhir ke Selatan dibawah sandi Kampanye 275 yang mengumumkan pernyataan Ho Chi Minh bahwa “pembebasan” seluruh Selatan akan diselesaikan sebelum hujan turun Mei1975. Serangan besar-besaran dan pernyataan itu membuat efek psikologis yang luar biasa.
Seluruh Selatan dilanda kepanikan, pengungsian besar-besaran terjadi, dan perlawanan Selatan menjadi tidak berarti. Provinsi Darlac jatuh 13 Maret, Quang Tri 19 Maret. Hue 26 Maret. Dan kota kedua terbesar di Selatan, Da Nang menyerah 29 Maret. Tanggal 25 April 1975 presiden Nguyen Van Thieumeletakkan jabatannya, menunjuk penggantinya Tranh Van Huong, dan kabur ke Taiwan. Huong hanya bertahan 3 hari menjadi presiden dan ikut melarikan diri meninggalkan negara yang benar-benar dalam chaos.
Seluruh personil AS termasuk Duta Besar Graham Martin selesai di evakuasi keluar, 29 April.Dan tanggal 30 April 1975 presiden pengganti Duong Van Minh, menandatangani pernyataan menyerah tak bersyarat kepada tentara Utara yang sudah menguasai istana kepresidenan Perang memang berarti bencana dan tragedi kemanusiaan. Korban secara langsung yang terbunuh dalam perang tercatat 300.000 di pihak AS/Selatan, 1.100.000 di pihak Vietcong/Utara dan lebih dari 3 juta penduduk sipil yang tidak tahu apa-apa.
Angka akan tetap menjadi angka, tak ada artinya. Tapi bayangkanlah populasi sebuah kota sebesarMedan yang tumpas habis demi mempertahankan sebuah ideologi. Belum terhitung korban tak langsung yang terus berjatuhan sampai sekarang karena ternyata AS melakukan perang kimia dengan menyemprotkan Napalm untuk membakar dan herbisida jenis Dioxin yang mematikan tumbuhan, merontokkan kanopi hutan, merusak padi di sawah guna mengganggu persediaan pangan. Tindakan itu membuat tanah menjadi steril dan mengkontaminasi penduduk sipil dan bahkan tentara AS sendiri ...
Perang Vietnam hanyalah pemborosan anggaran. AS yang secara serius terancam bangkrut, segera mematuhi perjanjian Paris dengan menarik tentaranya keluar dari Vietnam.Tanpa dukungan dana dan kekuatan militer AS, kejatuhan rezim Selatan dapat dihitung dengan hari.
Secara berangsur satu-persatu wilayah Selatan jatuh ke pihak Utara. Dan Utara bersiap untuk memberikan pukulan terakhir ke Selatan dibawah sandi Kampanye 275 yang mengumumkan pernyataan Ho Chi Minh bahwa “pembebasan” seluruh Selatan akan diselesaikan sebelum hujan turun Mei1975. Serangan besar-besaran dan pernyataan itu membuat efek psikologis yang luar biasa.
Seluruh Selatan dilanda kepanikan, pengungsian besar-besaran terjadi, dan perlawanan Selatan menjadi tidak berarti. Provinsi Darlac jatuh 13 Maret, Quang Tri 19 Maret. Hue 26 Maret. Dan kota kedua terbesar di Selatan, Da Nang menyerah 29 Maret. Tanggal 25 April 1975 presiden Nguyen Van Thieumeletakkan jabatannya, menunjuk penggantinya Tranh Van Huong, dan kabur ke Taiwan. Huong hanya bertahan 3 hari menjadi presiden dan ikut melarikan diri meninggalkan negara yang benar-benar dalam chaos.
Seluruh personil AS termasuk Duta Besar Graham Martin selesai di evakuasi keluar, 29 April.Dan tanggal 30 April 1975 presiden pengganti Duong Van Minh, menandatangani pernyataan menyerah tak bersyarat kepada tentara Utara yang sudah menguasai istana kepresidenan Perang memang berarti bencana dan tragedi kemanusiaan. Korban secara langsung yang terbunuh dalam perang tercatat 300.000 di pihak AS/Selatan, 1.100.000 di pihak Vietcong/Utara dan lebih dari 3 juta penduduk sipil yang tidak tahu apa-apa.
Angka akan tetap menjadi angka, tak ada artinya. Tapi bayangkanlah populasi sebuah kota sebesarMedan yang tumpas habis demi mempertahankan sebuah ideologi. Belum terhitung korban tak langsung yang terus berjatuhan sampai sekarang karena ternyata AS melakukan perang kimia dengan menyemprotkan Napalm untuk membakar dan herbisida jenis Dioxin yang mematikan tumbuhan, merontokkan kanopi hutan, merusak padi di sawah guna mengganggu persediaan pangan. Tindakan itu membuat tanah menjadi steril dan mengkontaminasi penduduk sipil dan bahkan tentara AS sendiri ...
Baca juga Kekasih Gelap Tertangkap Kamera
sumber:http://sejarah.kompasiana.com/2011/03/01/remembering-vietnam-tragedi-kemanusiaan-itu/-.html