Keajaiban ke-8 Bukan Nenek Moyang Manusia
Analisis independen menyatakan fosil primata yang ditemukan pertengahan bulan Mei lalu bukanlah nenek moyang langsung manusia seperti yang diklaim sebelumnya.
Fosil berusia 47 juta tahun itu diberi nama ilmiah dan dijuluki sebagai Darwinius masillae Ida. Dia dianggap sebagai “keajaiban dunia kedelapan “, “MonaLisa” dan sebuah evolusi dari “Rosetta Stone”, menurut para peneliti yang mengumumkannya.
Mereka mengatakan, fosil tersebut adalah missing link atau rantai yang hilang antara manusia dan dunia hewan.
Erik Seiffert, peneliti utama studi baru mengatakan,”Pandangan yang menganggap bahwa Ida memiliki hubungan khusus dengan primata tingkat tinggi seperti monyet, kera dan manusia, merupakan pandangan minoritas dari awal. Jadi hal itu hanya mengejutkan banyak orang yang mempelajari paleontology primata.”
Analisis baru Seiffert dimulai dengan usaha untuk mengidentifikasi fosil primata lainnya yaitu Afradapis longicristatus, yang diduga memiliki hubungan erat dengan Darwinius.
Kemudian para peneliti secara membandingkan 360 ciri-ciri anatomi dari 117 spesies primata yang hidup ataupun telah punah. Mereka juga menyusun pohon keluarga. Analisis menunjukkan bahwa kedua primata terletak di awal ranting dari cabang yang menghasilkan lemur, dan jauh dari garis keturunan monyet dan kera besar. Lebih lanjut, para peneliti mengatakan bahwa kedua jenis tidak memiliki keturunan modern.
Studi baru yang diterbitkan di Nature, menentang gagasan yang menyatakan bahwa Darwinius adalah bagian penting dari garis keturunan manusia. Para peneliti sebelumnya telah memilih fitur Ida dalam wajah, gigi, dan kaki yang serupa dengan kera yang lebih tinggi, namun tim peneliti baru, berpendapat bahwa fitur tersebut dapat menjadi hasil dari evolusi konvergen.
Para peneliti yang menemukan Darwinius berpegang teguh pada temuan mereka, dan mempertahankan bahwa Ida adalah penemuan yang spektakuler. Mereka juga mengatakan bahwa kerangka Darwinius jauh lebih lengkap daripada Afradapis dan menunjukkan karakteristik primata yang lebih tinggi, misalnya tulang di kaki
Tapi Seiffert mengatakan bahwa Darwinius tidak memainkan peran penting dalam asal-usul manusia, dan lebih erat kaitannya dengan lemur dan lorises. Seiffert mengatakan, “nenek moyang terakhir Darwinius adalah nenek moyang yang sama yang memunculkan semua primata”.
Fosil berusia 47 juta tahun itu diberi nama ilmiah dan dijuluki sebagai Darwinius masillae Ida. Dia dianggap sebagai “keajaiban dunia kedelapan “, “MonaLisa” dan sebuah evolusi dari “Rosetta Stone”, menurut para peneliti yang mengumumkannya.
Mereka mengatakan, fosil tersebut adalah missing link atau rantai yang hilang antara manusia dan dunia hewan.
Erik Seiffert, peneliti utama studi baru mengatakan,”Pandangan yang menganggap bahwa Ida memiliki hubungan khusus dengan primata tingkat tinggi seperti monyet, kera dan manusia, merupakan pandangan minoritas dari awal. Jadi hal itu hanya mengejutkan banyak orang yang mempelajari paleontology primata.”
Analisis baru Seiffert dimulai dengan usaha untuk mengidentifikasi fosil primata lainnya yaitu Afradapis longicristatus, yang diduga memiliki hubungan erat dengan Darwinius.
Kemudian para peneliti secara membandingkan 360 ciri-ciri anatomi dari 117 spesies primata yang hidup ataupun telah punah. Mereka juga menyusun pohon keluarga. Analisis menunjukkan bahwa kedua primata terletak di awal ranting dari cabang yang menghasilkan lemur, dan jauh dari garis keturunan monyet dan kera besar. Lebih lanjut, para peneliti mengatakan bahwa kedua jenis tidak memiliki keturunan modern.
Studi baru yang diterbitkan di Nature, menentang gagasan yang menyatakan bahwa Darwinius adalah bagian penting dari garis keturunan manusia. Para peneliti sebelumnya telah memilih fitur Ida dalam wajah, gigi, dan kaki yang serupa dengan kera yang lebih tinggi, namun tim peneliti baru, berpendapat bahwa fitur tersebut dapat menjadi hasil dari evolusi konvergen.
Para peneliti yang menemukan Darwinius berpegang teguh pada temuan mereka, dan mempertahankan bahwa Ida adalah penemuan yang spektakuler. Mereka juga mengatakan bahwa kerangka Darwinius jauh lebih lengkap daripada Afradapis dan menunjukkan karakteristik primata yang lebih tinggi, misalnya tulang di kaki
Tapi Seiffert mengatakan bahwa Darwinius tidak memainkan peran penting dalam asal-usul manusia, dan lebih erat kaitannya dengan lemur dan lorises. Seiffert mengatakan, “nenek moyang terakhir Darwinius adalah nenek moyang yang sama yang memunculkan semua primata”.