Gambaran Tradisi Berubah Jadi Ajang Hitamnya Dunia
Seperti kita ketahui bahwa seeks bebas sangat berbahaya untuk kesehatan, kelangsungan hidup, dan norma norma ajaran kita. Sahabat anehdidunia.com setiap daerah akan memiliki tradisi maupun ritual yang diwariskan oleh orang orang terdahulu mereka dimana dipercaya bahwa warisan leluhur itu mempunyai itikad baik jika ditelaah secara benar dan cermat, Tetapi belakangan ini, tradisi maupun ritual tersebut disalahgunakan bahkan melenceng jauh dari tujuan utama dilakukannya tradisi tersebut. Bahkan perubahannya sampai menuju ke arah seeks bebas yang kita ketahui bahwa hal tersebut sangat dilarang. Berikut kami rangkumkan Gambaran tradisi maupun ritual yang berubah menjadi ajang seeks bebas.
Tradisi kuno matriakhal yang dianut oleh Suku Mosuo ini ternyata banyak sekali menarik perhatian wisatawan asing. Terlebih, saat berkaitan dengan hubungan seeks mereka. Ya, sangat menarik karena kaum wanita yang sudak akhil balik akan memiliki hak bebas memilih pasangan bahkan berganti-ganti pasangan seeksual. Namun, sayang tradisi unik ini sering kali ternoda dengan perilaku wisatawan yang terkadang ingin mengambil kesempatan.
Jangan salah, di Mosuo memang tidak mengenal kata zinah, anak haram, dan seeks bebas. Mereka hanya mengenal "Walking Marriage". Sang wanita yang sudah mempunyai kebesan memilih tinggal menunggu pria yang diinginkannya di kamar, kalau tidak cocok sang "ratu" bisa menolak. Anehnya, semua laki-laki yang mengalami penolakan tidak pernah merasa sakit hati.
Keunikan Suku Mosuo yang sangat kuno ini cukup memiliki nama di tengah-tengah kehidupan modern. Mereka hanya ingin menghormati adat-istiadat yang sudah ada sejak dulu. Berkat perbedaan gaya hidupnya, pemerintah lokal berusaha menjaga dan mendukung semua kegiatan Mosuo. Baca selengkapnya di Suku Mosuo Wanita Boleh Gonta Ganti Pasangan
Jangan salah, di Mosuo memang tidak mengenal kata zinah, anak haram, dan seeks bebas. Mereka hanya mengenal "Walking Marriage". Sang wanita yang sudah mempunyai kebesan memilih tinggal menunggu pria yang diinginkannya di kamar, kalau tidak cocok sang "ratu" bisa menolak. Anehnya, semua laki-laki yang mengalami penolakan tidak pernah merasa sakit hati.
Keunikan Suku Mosuo yang sangat kuno ini cukup memiliki nama di tengah-tengah kehidupan modern. Mereka hanya ingin menghormati adat-istiadat yang sudah ada sejak dulu. Berkat perbedaan gaya hidupnya, pemerintah lokal berusaha menjaga dan mendukung semua kegiatan Mosuo. Baca selengkapnya di Suku Mosuo Wanita Boleh Gonta Ganti Pasangan
Di Bhutan, ada tradisi ‘berburu’ perempuan yang dikenal dengan tradisi Bomena. Tradisi yang sudah berlangsung lama ini tujuannya untuk mencari jodoh dan ajang saling mengenal bagi para pasangan. Tapi seiring waktu, praktik ini menjadi ajang seeks bebas. Dan yang terlibat ‘perburuan’ gadis-gadis muda ini bukan hanya remaja pria, tapi kadang laki-laki dewasa.
Tradisi ‘Bomena’ ini memungkinkan para remaja pria berhubungan seeks dengan gadis remaja yang tidak dikenalnya. Para ‘pemburu’ ini ‘berburu’ di malam hari secara bergerombol. Mereka menyisir rumah-rumah tempat tinggal para gadis terutama di pedesaan. Bila sudah menemukan rumah yang dipilih, salah seorang remaja pria akan berusaha masuk rumah dan kamar sang gadis dengan diam-diam. Dia akan bermalam di kamar si gadis dan pergi sebelum ayam jago berkokok dan keluarganya bangun.
Tidak semua ‘perburuan’ berjalan sukses. Ada remaja pria yang salah menentukan kamar tidur gadis incarannya sehingga salah masuk kamar. Bisa juga cara masuk yang berisik membuat keluarga sang gadis terbangun dan si ‘pemburu’ harus kabur. Jika seorang pria tertangkap saat sedang melakukan aksinya, si pria harus menikahi gadis itu atau tinggal bersama sang gadis. Biasanya sang pria akan bekerja di ladang untuk membayar perbuatannya.
Dari ‘perburuan’ itu tidak sedikit remaja perempuan yang hamil dan menikah di usia muda. Dan tidak sedikit pula yang ditinggalkan dalam keadaan hamil. Tapi tidak ada stigma yang melekat pada para gadis yang hamil muda ini. Mereka akan mencari pria lain yang mau menerima dia dan anak yang dikandungnya.
Praktik ini mulai ditinggalkan di Bhutan ketika terjadi arus urbanisasi dan masuknya norma sosial baru dari luar desa. Keluarga-keluarga yang punya anak perempuan memalang pintu dan jendela rumah mereka dengan palang baja dan kunci logam sehingga tidak mudah dimasuki. Para remaja Bhutan mulai menerapkan gaya berpacaran yang lebih terbuka di tempat umum. Selain itu, pemerintah juga membuat aturan yang mewajibkan pencantuman nama ayah bagi anak yang mau masuk sekolah. Tujuannya untuk meminimalisir praktik ini dan melindungi perempuan.
Tradisi ‘Bomena’ ini memungkinkan para remaja pria berhubungan seeks dengan gadis remaja yang tidak dikenalnya. Para ‘pemburu’ ini ‘berburu’ di malam hari secara bergerombol. Mereka menyisir rumah-rumah tempat tinggal para gadis terutama di pedesaan. Bila sudah menemukan rumah yang dipilih, salah seorang remaja pria akan berusaha masuk rumah dan kamar sang gadis dengan diam-diam. Dia akan bermalam di kamar si gadis dan pergi sebelum ayam jago berkokok dan keluarganya bangun.
Tidak semua ‘perburuan’ berjalan sukses. Ada remaja pria yang salah menentukan kamar tidur gadis incarannya sehingga salah masuk kamar. Bisa juga cara masuk yang berisik membuat keluarga sang gadis terbangun dan si ‘pemburu’ harus kabur. Jika seorang pria tertangkap saat sedang melakukan aksinya, si pria harus menikahi gadis itu atau tinggal bersama sang gadis. Biasanya sang pria akan bekerja di ladang untuk membayar perbuatannya.
Dari ‘perburuan’ itu tidak sedikit remaja perempuan yang hamil dan menikah di usia muda. Dan tidak sedikit pula yang ditinggalkan dalam keadaan hamil. Tapi tidak ada stigma yang melekat pada para gadis yang hamil muda ini. Mereka akan mencari pria lain yang mau menerima dia dan anak yang dikandungnya.
Praktik ini mulai ditinggalkan di Bhutan ketika terjadi arus urbanisasi dan masuknya norma sosial baru dari luar desa. Keluarga-keluarga yang punya anak perempuan memalang pintu dan jendela rumah mereka dengan palang baja dan kunci logam sehingga tidak mudah dimasuki. Para remaja Bhutan mulai menerapkan gaya berpacaran yang lebih terbuka di tempat umum. Selain itu, pemerintah juga membuat aturan yang mewajibkan pencantuman nama ayah bagi anak yang mau masuk sekolah. Tujuannya untuk meminimalisir praktik ini dan melindungi perempuan.
seeks Bebas Gubug Cinta Suku Kreung Di Kamboja
Gubuk cinta, tempat dimana para gadis menunggu untuk dikunjungi para pra yang ingin berknalan, bercinta dan bermalam sampai si gadis menemukan pria yang cocok untuknya Kreug, salah satu etnis yang berada dinegara Kamboja memiliki tradisi yang sangat tidak biasa dalam proses berpacaran dan perjodohan. Para orang tua yang memiliki anak gadis akan membangun gubuk kecil dari bambu, si gadis akan tinggal didalam gubuk tersebut kemudia para pria diperbolehkan untuk masuk kedalam gubuk untuk dapat berkenalan, bercinta, bermalam disana dengan gadis tersebut.
Si gadis akan bertemu dengan banyak pria sampai menemukan pria yang cocok untuk dijadikan suami. Hmmm kalau di negara kita pasti akan sangat ditentang karena tidak sesuai dengan norma agama dan adat ketimuran yang kita miliki. Baca selengkapnya di Tradisi gubug Cinta Suku Kreung Kamboja
Mereka yang datang sebagian besar ingin mendapatkan berkah di tempat tersebut. Rezeki yang lancar, awet muda hingga enteng jodoh tujuan para peziarah menyambangi Gunung Kemukus. Namun untuk bisa mencapai keinginan tersebut para peziarah harus melakukan hubungan hubungan badan dengan pasangannya selama 7 purnama. Namun selama 7 purnama tersebut harus dilakukan dengan pasangan yang sama.
Konon dahulunya mereka yang datang ke Gunung Kemukus adalah suami istri, sehingga hubungan badan yang dilakukan adalah legal dan sah. Tetapi kini hal itu mulai bergeser. Bahkan di tempat tersebut kini banyak pekerja seeks komersil yang menjajakan diri berkedok ritual. Mereka yang tidak membawa pasangan atau masih sendiri bisa menggunakan jasa para PSK tersebut untuk melakukan ritual. Baca selengkapnya di Ritual Nyeleneh di Gunung Kemukus
Kesempatan ini pun digunakan para lelaki hidung belang untuk 'jajan'. Alih-alih mencari pesugihan, tujuan para lelaki hidung belang ke Gunung Kemukus malah untuk melakukan hubungan seeks baik dengan pasangan yang belum resmi maupun dengan PSK yang banyak tersedia di sekitar sendang Ontrowulan.
Konon dahulunya mereka yang datang ke Gunung Kemukus adalah suami istri, sehingga hubungan badan yang dilakukan adalah legal dan sah. Tetapi kini hal itu mulai bergeser. Bahkan di tempat tersebut kini banyak pekerja seeks komersil yang menjajakan diri berkedok ritual. Mereka yang tidak membawa pasangan atau masih sendiri bisa menggunakan jasa para PSK tersebut untuk melakukan ritual. Baca selengkapnya di Ritual Nyeleneh di Gunung Kemukus
Kesempatan ini pun digunakan para lelaki hidung belang untuk 'jajan'. Alih-alih mencari pesugihan, tujuan para lelaki hidung belang ke Gunung Kemukus malah untuk melakukan hubungan seeks baik dengan pasangan yang belum resmi maupun dengan PSK yang banyak tersedia di sekitar sendang Ontrowulan.
Mohon kebijaksanaan anda dalam menyingkapi ulasan seeks bebas diatas yang kami tujukan untuk menyerukan bahwa seeks bebas itu tidak baik untuk dilangsungkan menurut kacamata kita orang timur.Mari ciptakan perdamaian dunia dimulai dengan setia dan menyayangi pasangan kita masing masing.
referensi:http://travel.detik.com/read/2012/04/20/185157/1897751/1025/5/suku-mosuo-negeri-wanita-di-china/http://www.portalkbr.com/asiacalling/indonesia/senibudaya/3193892_5025.html/http://www.andaikata.com/aneh/6-tradisi-paling-aneh-dalam-perjodohan-dari-beberapa-negara.html/http://www.merdeka.com/peristiwa/gunung-kemukus-ritual-pesugihan-berselimut-seeks-bebas-liburan-mistis-7.html