Perjalanan Sedih Kakek Nenek
Malam ini sungguh udara tak bersahabat,, ku tengok jam sudah merangkak kepuncak , pukul 23.20. Kutarik selimut tipisku yang sudah tergulung di pojok kasur usangku, kupejamkan mata berharap pagi masih lama, namun susah untuk memejamkan mata, walau tubuh ini sudah sangat lelah karena seharian mengerjakan tugas dari kampus, tiba-tiba “kruuk,,,kruuuk,kruuk….” cacing dalam perut meronta karena ternyata seharian ini belum diberi makanan yang layak, pagi hari hanya diisi dengan segelas susu.. sesaat rasa lapar ini kubuang jauh dan kucoba memejamkan mata kembali, namun mata ini sama sekali tak mau kompromi…
Sudahlah, kuturuti apa mau perut ini,kusingkirkan selimut tipis yang menjadi andalan, kuambil jaket dan kukantongi dompet, kubuka pintu kamar pelan-pelan.. kupinjam kunci pintu gerbang yang selalu digantungkan didepan kamar ibu kost. lalu hati-hati kubuka pintu besi yang usang dan bunyinya nyaring saat dibuka..
Kudorong motor keluar pelan-pelan agar suaranya tak membangunkan teman-teman, segera kupacu motor kesatu tujuan, “Nasi Goreng” depan kampus, jam segini mungkin hanya itu yang masih ada didekat kost, kupesan satu nasi goreng… saat menunggu antrian mata ini melihat sekeliling, kendaraan hanya satu, dua yang lewat, karena kota Solo tidak terlalu ramai…
Disebrang jalan tepat depan emperan toko terlihat 2orang kakek nenek yang duduk terdiam dengan bungkusan kecil ditangan sang kakek, mereka terlihat kebingungan dibawah sorot lampu jalan yang masih terang, kuhampiri mereka dan mencoba menyapanya,..
aku: “ajeng teng pundi mbah?”(mau kemana nek?)
nenek: “ajeng tilik putu nduk..”(mau jenguk cucu,nak..)
aku: “dalem’e putrane pundi? simbah wau saking pundi?(rumah anaknya mana?nenek tadi dari mana?)
kakek: “kulo saking Madiun,anak kulo Klaten..”(saya dari Madiun,anak saya Klaten..)
aku: “Saking Madiun nitih menopo mbah? kok mandap mriki?”(dari Madiun naik apa?kok turun sini?)
nenek: “simbah kente’an sangu nduk, trus didunke mriki nang pak supir..”(nenek kehabisan ongkos nak, trus diturunkan disini sama pak supir)
Sebentar terdiam lalu tanpa basa-basi kuajak mereka kesebrang jalan untuk makan, karna ku yakin mereka belum makan, pesananku tak jadi kubawa pulang, kutemani 2orang tua ini makan sambil kuajak mereka ngobrol lagi,
aku: “tapi pun ndalu mbah,klaten tesih sejam melihnitih bis, nginep tenggen kulo riyin, enjing-enjing kulo terke teng terminal…?”(Tapi ini sudah larut malam nek, Klaten masih 1jam lagi naek bis, mau menginap dikostku nek besok pagi kuantar keterminal…?)
tapi nenek itu gak mau, mungkin sungkan, sambil melanjutkan makannya masih ku ajak nenek dan kakek ngobrol, mereka bercerita sudah 2tahun lebih tidak bertemu anak dan cucunya, ia bercerita juga, anak lelakinya bekerja didepot Pertamina, dan menantunya membuka toko kelontong dirumahnya, sedangkan kakek tua itu hanya buruh tani, mendengar cerita itu terasa miris sekali, aku kira 2tahun mereka tak saling bertemu karena keterbatasan ekonomi, ternyata tidak..
sepiring nasi goreng dan teh hangat telah kami habiskan, mereka berpamitan untuk melanjutkan langkahnya kerumah anak,cucu tercinta.. kusarankan mereka menunggu bis saja lagi disebrang jalan, “mbah niki wonten arto sekedik kagem nitih bis, mugi-mugi simbah slamet dugi Klaten pinanggih kaliyan anak kalian putu nipun… amin..”(nek ini ada uang sedikit untuk naik bis, semoga kakek nenek selamat sampai Klaten bertemu dengan anak cucu… amin..)/ tak henti mereka mengucapkan terima kasih, “mugi-mugi Tuhan mbales kabechikan genduk tikel-tikel nduk,, simbah matur nuwun sanget, simbah mboten saget mbales,Tuhan engkang mbales niki sedhoyo nduk”(moga-moga Tuhan membalas kebaikan nak dengan berlipat-lipat,nenek dan kakek berterima kasih,Tuhan yang akan membalas ini semua nak…”)
setelah bersalaman kupandangi mereka menyebrang dan menunggu bis ke arah Klaten dengan wajah yang kembali bersemangat, aku berharap mereka bertemu dengan anak dan cucunya dengan selamat, dengan membawa rindu yang teramat sangat, selamat jalan nek,kek.. kulambaikan tanganku sambil melajukan kendaraan, kulihat mereka melambaikan tangan mereka juga …
akhirnya malam itu menjadi malam yang mengharukan, kupejemkan mataku kembali dengan hati yang lega, hariku ini lebih sempurna karena aku bisa melengkapi hidup orang lain.
See u nenek, see u kakek….
Sudahlah, kuturuti apa mau perut ini,kusingkirkan selimut tipis yang menjadi andalan, kuambil jaket dan kukantongi dompet, kubuka pintu kamar pelan-pelan.. kupinjam kunci pintu gerbang yang selalu digantungkan didepan kamar ibu kost. lalu hati-hati kubuka pintu besi yang usang dan bunyinya nyaring saat dibuka..
Kudorong motor keluar pelan-pelan agar suaranya tak membangunkan teman-teman, segera kupacu motor kesatu tujuan, “Nasi Goreng” depan kampus, jam segini mungkin hanya itu yang masih ada didekat kost, kupesan satu nasi goreng… saat menunggu antrian mata ini melihat sekeliling, kendaraan hanya satu, dua yang lewat, karena kota Solo tidak terlalu ramai…
Disebrang jalan tepat depan emperan toko terlihat 2orang kakek nenek yang duduk terdiam dengan bungkusan kecil ditangan sang kakek, mereka terlihat kebingungan dibawah sorot lampu jalan yang masih terang, kuhampiri mereka dan mencoba menyapanya,..
aku: “ajeng teng pundi mbah?”(mau kemana nek?)
nenek: “ajeng tilik putu nduk..”(mau jenguk cucu,nak..)
aku: “dalem’e putrane pundi? simbah wau saking pundi?(rumah anaknya mana?nenek tadi dari mana?)
kakek: “kulo saking Madiun,anak kulo Klaten..”(saya dari Madiun,anak saya Klaten..)
aku: “Saking Madiun nitih menopo mbah? kok mandap mriki?”(dari Madiun naik apa?kok turun sini?)
nenek: “simbah kente’an sangu nduk, trus didunke mriki nang pak supir..”(nenek kehabisan ongkos nak, trus diturunkan disini sama pak supir)
Sebentar terdiam lalu tanpa basa-basi kuajak mereka kesebrang jalan untuk makan, karna ku yakin mereka belum makan, pesananku tak jadi kubawa pulang, kutemani 2orang tua ini makan sambil kuajak mereka ngobrol lagi,
aku: “tapi pun ndalu mbah,klaten tesih sejam melihnitih bis, nginep tenggen kulo riyin, enjing-enjing kulo terke teng terminal…?”(Tapi ini sudah larut malam nek, Klaten masih 1jam lagi naek bis, mau menginap dikostku nek besok pagi kuantar keterminal…?)
tapi nenek itu gak mau, mungkin sungkan, sambil melanjutkan makannya masih ku ajak nenek dan kakek ngobrol, mereka bercerita sudah 2tahun lebih tidak bertemu anak dan cucunya, ia bercerita juga, anak lelakinya bekerja didepot Pertamina, dan menantunya membuka toko kelontong dirumahnya, sedangkan kakek tua itu hanya buruh tani, mendengar cerita itu terasa miris sekali, aku kira 2tahun mereka tak saling bertemu karena keterbatasan ekonomi, ternyata tidak..
sepiring nasi goreng dan teh hangat telah kami habiskan, mereka berpamitan untuk melanjutkan langkahnya kerumah anak,cucu tercinta.. kusarankan mereka menunggu bis saja lagi disebrang jalan, “mbah niki wonten arto sekedik kagem nitih bis, mugi-mugi simbah slamet dugi Klaten pinanggih kaliyan anak kalian putu nipun… amin..”(nek ini ada uang sedikit untuk naik bis, semoga kakek nenek selamat sampai Klaten bertemu dengan anak cucu… amin..)/ tak henti mereka mengucapkan terima kasih, “mugi-mugi Tuhan mbales kabechikan genduk tikel-tikel nduk,, simbah matur nuwun sanget, simbah mboten saget mbales,Tuhan engkang mbales niki sedhoyo nduk”(moga-moga Tuhan membalas kebaikan nak dengan berlipat-lipat,nenek dan kakek berterima kasih,Tuhan yang akan membalas ini semua nak…”)
setelah bersalaman kupandangi mereka menyebrang dan menunggu bis ke arah Klaten dengan wajah yang kembali bersemangat, aku berharap mereka bertemu dengan anak dan cucunya dengan selamat, dengan membawa rindu yang teramat sangat, selamat jalan nek,kek.. kulambaikan tanganku sambil melajukan kendaraan, kulihat mereka melambaikan tangan mereka juga …
akhirnya malam itu menjadi malam yang mengharukan, kupejemkan mataku kembali dengan hati yang lega, hariku ini lebih sempurna karena aku bisa melengkapi hidup orang lain.
See u nenek, see u kakek….
Baca juga Buaya Terbesar Di Dunia
sumber:http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2011/03/25/perjalanan-sepasang-tua-renta-terhenti-karena-ongkos-349573.html